SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Kamis, 12 Januari 2012

HAL-IHWAL MEMPEROLEH MASALAH PENELITIAN, SUMBER PENENTUAN MASALAH DAN PENYEDERHANAAN MASALAH PENELITIAN Oleh Evi dan Atik

BAB I
PENDAHULUAN

     Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam penelitian.  Seperti dikatakan oleh Nasution, ‘Masalah adalah jiwa penelitian, tanpa masalah tak ada penelitian’ (Nasution,1991: 22).  Tetapi, apa sesunggguhnya yang dimaksud Masalah Penelitian?  Mari kita lacak makna masalah penelitian ini dari tinjauan leksikal, teoretikal, maupun filosofis.
     Makna leksikal masalah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang harus diselesaikan dan dipecahkan ( KBBI,1992 : 562).  Di sisi lain, Siswojo melihat bahwa masalah penelitian adalah pernyataan mengenai hubungan yang  terdapat pada seperangkat peristiwa (variabel-variabel) dalam suatu bidang ilmu (Siswojo, 1987:40). Lebih jelas lagi, Fraenkel (1993:23) menyatakan bahwa masalah penelitian merupakan hal yang ingin diteliti, “ a problem that someone  would like to research”.
     Dari tinjauan yang lebih filosofis, Suryadibrata (1983:60) menjelaskan bahwa munculnya masalah itu karena ada kesenjangan (gap) antara das sollen dan das sein;  ada perbedaan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang diperlukan dan apa yang tersedia, antara harapan dan kenyataan. Yang menjadi masalah bisa apa saja seperti sesuatu yang tidak memuaskan, berbagai macam kesulitan, urusan yang ingin diubah, segala sesuatu yang  berjalan tidak sesuai dengan keinginan, dan sebagainya.
     Pendapat tersebut didukung pula oleh Nawawi (1993:42) bahwa kemunculan masalah terjadi karena tidak terdapatnya keseimbangan antara sesuatu yang diharapkan (das sollen) berdasarkan teori-teori atau hukum-hukum yamg menjadi tolok ukur dengan kenyataan (das sein) sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa demikian atau apa sebabnya demikian. Di samping itu, masalah dapat pula muncul karena keragu-raguan tentang keadaan sesuatu , sehingga ingin diketahui keadaannya secara mendalam dan objektif.” 

     Pertanyaan mengapa demikian dan apa sebabnya seperti yang diungkapkan Nawawi merupakan stimulus yang merangsang munculnya  motivasi meneliti. Keingintahuan inilah yang menjadi jiwa, nafas, dan motivasi mendasar dalam penelitian (Nasution, 1991:22). Perolehan informasi akurat yang didapat dari penelitian merupakan prasyarat logis upaya mengubah keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan  menjadi keadaan yang sesuai dengan harapan. Setiap manusia umumnya selalu berusaha mencapai apa yang ia inginkan dengan berupaya menghilangkan masalah atau kesenjangan itu. 
     Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa pada hakikatnya  masalah adalah keadaan yang muncul  ketika ada kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada dalam kenyataan. Kesenjangan itulah yang menjadi inti masalah.  Masalah bisa bersifat konseptual-teoretis, maupun yang bersifat praktis yaitu masalah-masalah yang ditemui dalam kegiatan manusia sehari-hari.


BAB II
ISI

A. HAL-IHWAL MEMPEROLEH MASALAH PENELITIAN
     Satu hal yang harus disadari bahwa pada kenyataannya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain.  Siswojo mengatakan bahwa masalah penelitian adalah pernyataan mengenai hubungan yang  terdapat pada seperangkat peristiwa (variabel-variabel) dalam suatu bidang ilmu (Siswojo, 1987:40). Selalu ada  konteks yang menjadi latar suatu masalah, apakah itu latar belakang ekonomi, politik, sosial, budaya, atau faktor-faktor lain.  Secara operasional, suatu gejala baru dikatakan masalah  bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu. Dengan demikian untuk mengidentifikasi apakah sesuatu itu masalah atau bukan mesti dilihat dari konteks lengkapnya (Suriasumantri: 90:309). 
      Berdasarkan tingkat eksplanasinya,  masalah penelitian bisa diklasifikasikan ke dalam tiga jenis  bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif,  komparasi, dan asosiasi (Sugiyono, 1994:36-39, Arikunto (1993: 28-31).
A.                Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan  dan menghubungkan antarvariabel.
Contoh  dalam bentuk rumusan masalah penelitian:
1.      Bagaimana sikap masyarakat Kecamatan  Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB Mandiri?
2.      Bagaimanakah tingkat pemahaman unsur-unsur intrinsik puisi siswa kelas VII SMP 22 Bandung Tahun Pelajaran 2004-4005?

B.           Permasalahan Komparatif
Permasalahan komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan suatu variabel pada dua sampel atau lebih.
Contoh  dalam bentuk rumusan masalah penelitian:
1.      Adakah perbedaan kemampuan berpidato antara siswa  yang bersasal dari SLTP negeri dengan siswa yang berasal dari SLTP swasta?
2.      Adakah kesamaan pola pengembangan karangan berita pada majalah dengan berita pada surat kabar?
3.       Mana yang lebih tinggi prestasi siswa anak guru dengan anak  wiraswata?

C.                Permasalahan Asosiatif
Permasalahan ini menghubungkan dua variabel atau lebih baik berupa hubungan simetris, kausal, maupun interaktif
a)                  hubungan simetris / korelasi sejajar
Hubungan  simetris atau korelasi sejajar adalah  suatu hubungan antara dua variabel yang kedudukannya sejajar, tidak ada hubungan kausal.
           Contoh dalam bentuk rumusan masalah:
1.      Adakah hubungan antara kemampuan di bidang matematika dengan kemampuan di bidang bahasa?
2.      Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya buah?
b)                  hubungan  kausal
Hubungan  kausal adalah hubungan yang  menunjukkan sebab akibat. Dengan demikian ada variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
Contoh dalam rumusan masalah:
1.      Adakah pengaruh  banyaknya pujian terhadap  semangat belajar siswa?
2.      Seberapa besar pengaruh pengetahuan jenis karangan terhadap kemampuan mengarang?


c)                   hubungan  interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling memepengaruhi.  Dalam jenis ini tidak diketahui mana  varibel bebas dan mana variabel terikat.
Contoh dalam rumusan masalah:
1.      Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi  belajar siswa SMA?
2.      Adakah hubungan antara kepandaian dengan kekayaan?
3.      Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi  belajar siswa SMA?
4.      Adakah hubungan antara kepandaian dengan kekayaan?

B. SUMBER PENENTUAN MASALAH PENELITIAN
1.  Sumber Masalah Penelitian
     Pada dasarnya penelitian merupakan ikhtiar manusia dalam upaya pemecahan masalah. Oleh karena itu, keberadaan suatu masalah merupakan syarat yang tidak bias ditawar-tawar bagi pelaksanaan suatu penelitian. Bagaimana cara menemukan dan merumuskan masalah penelitian  bagi  orang yang belum berpengalaman  bukanlah  sesuatu yang mudah. Oleh karena itu, perlu kiat-kiat tertentu dalam mencari, menemukan, dan merumuskan masalah. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:25), sumber masalah dapat diperoleh dari berbagai macam arah: dari kehidupan sehari-hari, dari membaca buku, dapat diberi dari orang lain.  Akan tetapi  menurutnya yang paling baik adalah datang dari dirinya sendiri sehingga ada dorongan kebutuhan  untuk memperoleh jawaban. Dengan demikian, penelitian akan berjalan dengan sebaik-baiknya.
     Masalah dalam penelitian kualitatif bisa didapatkan dari berbagai sumber. Apabila penelitian itu bukan secara pesanan, maka topik atau masalah selalu dihadapkan dengan masalah eksplorasi terhadap sumber topik atau masalah penelitian. Eksplorasi terhadap sumber-sumber inspirasi memungkinkan peneliti atau calon peneliti memperoleh gagasan yang segar tentang topik dan masalah penelitian. Selain menemukan topik dan masalah penelitian dengan cara eksplorasi, gagasan-gagasan penelitian juga dapat dimunculkan dari kajian-kajian terhadap teori yang ada, konsep-konsep yang ada ataupun hasil kajian terhadap beberapa kebijakan publik pemerintah atau swasta. Teori, konsep, dan kebijakan publik tersebut dikaji berdasarkan implementasi terhadap kondisi empiris masyarakat saat ini, kemudian dilihat mana unsur-unsur ketidakterpaduan yang muncul. Pada dasarnya kerja ini sama dengan orang mencari ketidakserasian antara keadaan yang diharapkan (das sollen) dengan kenyataan (das sein) kemudian menimbulkan ketidakpuasan (Bungin, 2011:56-57).
     Pengamatan sepintas dapat menjadi sumber masalah penelitian. Masalah itu kadang-kadang muncul setelah seseorang melihat hal-hal tertentu di lapangan yamg menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang akhirnya menjadi suatu masalah penelitian walaupun sebelumnya dia tidak sengaja mencari masalah penelitian.
Pengalaman pribadi dapat dijadikan sumber masalah penelitian terutama penelitian yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial. Pengalaman ini dapat berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional.  Selain itu perasaan intuitif  pun bisa dijadikan masalah. Intuisi dapat muncul setelah seseorang bangun tidur atau istirahat.  Hal ini akibat terjadinya pengendapan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti itu kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan atau masalah.
     Dalam bidang pendidikan, penelitian bisa diambil  dari komponen-komponen yang tercakup dalam pendidikan. Permasalahan bisa diambil dari  sisi siswa (misalnya latar belakang kognitif, sosial ekonomi, latarbelakang budaya dan afektif);  dari proses atau kegiatan belajar mengajar (pendekatan, metode, teknik);  dari sisi guru (latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, minat, kinerja dan lain-lain); dari sisi lingkungan (masyarakat, lingkungan alam, pemerintah, kondisi, suasana); dari sisi kurikulum (sistem penyajian, administrasi, dan evaluasi); dari sisi hasil (baik kognitif, afektif, maupun psikomotor);  maupun hubungan antarkomponen-komponen tersebut.
     Bungin (2010:61-62) menerangkan bahwa berpikir dan merenung adalah sumber memperoleh masalah-masalah penelitian yang tidak pernah surut. Dengan berpikir orang akan memperoleh gagasan, ide, motivasi untuk melakukan suatu penelitian. Berikut adalah rancangan bagaimana seseorang dapat memperoleh gagasan untuk melahirkan masalah-masalah penelitian yaitu dengan problem Inquiry sebagai berikut.
a.         Secara kebetulan
b.        Berdiskusi dangan teman/orang lain/dosen
c.         Memperoleh dari media massa
d.        Mengalami sendiri suatu masalah
e.         Membaca buku/karya orang lain
f.             Mengamati di masyarakat
     Meskipun masalah penelitian bisa diambil dari begitu banyak  sumber,  masalah tidak akan dapat diperoleh tanpa kepekaan peneliti  dalam mengidentifikasi masalah.  Dengan demikian, untuk memperoleh masalah yang berkualitas dalam penelitian,  perlu dilatih kepekaan  dan kepedulian yang tinggi terhadap sumber-sumber masalah  penelitian di atas.  Kepekaan itu bisa di dapat jika ada upaya  pendalaman dan pengkhususan (immersion dan guided entry) terhadap bidang masalah yang diteliti (Rakhmat,1984:23).

2. Cara Menemukan Masalah Penelitian
     Dalam penelitian bahasa, McGuigan (dikutip dari Sevilla dkk, 1993:4) menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada tiga keadaan yang dapat memunculkan masalah, yaitu:
1.      Ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita.
2.      Ada hasil-hasil (penelitian) yang bertentangan.
3.      Ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskannya melalui penelitian.
     Maksud dengan kondisi adanya informasi yang dapat mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita adalah kesenjangan antara teori yang diketahui dengan bukti-bukti empiris yang teramati. Selanjutnya yang dimaksud dengan keadaan adanya hasil-hasil peneltitian yang bertentangan adalah, pertama terjadi pertentangan antara hasil penelitian yang satu dengan hasil penelitian yang lain yang objek sasarannya berupa bahasa dan aspek kebahasaan yang diteliti sama (dalam sebuah penelitian). Kedua, terjadi pertentangan antara hasil penelitian dengan bukti-bukti empiris, yang berupa pemakaian bahasa yang sesungguhnya (setidak-tidaknya dalam dua buah penelitian). Adapun yang dimaksudkan dengan adanya suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskannya melalui penelitian adalah berhubungan dengan suatu kondisi peneliti menemukan bahasa tertentu atau aspek tertentu dari bahasa tertentu yang belum pernah diteliti (Mahsun, 2011:5-9).
     Bungin (2001:63) menyebutkan bahwa untuk membantu menemukan suatu masalah yang layak, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap suatu masalah yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Mengurangi berbagai pertanyaan tentang tema tertentu
b.      Menampilkan indikasi terjadinya masalah
c.       Menginventarisir berbagai masalah
d.      Menampilkan data statistik terjadi masalah (apabila perlu)

2.      Kriteria Masalah Penelitian
     Penelitian yang baik  adalah penelitian yang memenuhi lima ciri utama yaitu menarik minat peneliti,  bisa dikerjakan (feasible), jelas (clear), berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia (significant), dan tidak menimbulkan kerusakan bagi alam, lingkungan,dan manusia (ethical) (Fraenkel,1993:24; Suharsimi, 1996:26; Suryabrata, 1983:63-64;   Koentjaraningrat, 1990:15;  dan  Nawawi,1993: 42 – 43).
Ø  Masalah penelitian harus menarik karena akan berdampak pada motivasi si peneliti. Masalah yang menarik akan  merangsang peneliti lelakukan penelitian sebaik mungkin, segala daya upaya  akan ia lakukan untuk  memecahkan masalah tersebut.
Ø  Masalah penelitian  harus feasible karena  berkaitan dengan mungkin tidaknya penelitian itu dilakukan.  Aspek efesiensi merupakan dasar kriteria ini.  Suharsimi Arikunto  memberikan  pertimbangan  mungkin tidaknya sebuah masalah diteliti dari sisi  peneliti dan dari sisi faktor pendukung sebagai berikut :
Ditinjau dari diri peneliti : 
a.       Peneliti mesti mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya menguasai materi yang melatarbelakangi masalah  dan menguasai metode untuk memecahkannya. 
b.      mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal selesai. 
c.       Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakannya.
d.       Peneliti mempunyai dana  yang mencukupi. 
Dari sisi tersedianya faktor pendukung:
a.    Tersedia dana sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab. 
b.    Ada izin dari yang berwenang. 

Ø  Sebuah masalah penelitian juga harus jelas (clear) karena  masalah penelitian tidak hanya harus dipahami oleh si peneliti, tetapi juga oleh  masyarakat banyak. Nawawi menambahkan agar sebelum melaksanakan penelitian, seorang peneliti melakukan studi literatur. Apabila dari studi literatur ternyata masalah yang akan diteliti sudah dilakukan orang lain dengan gamblang,  maka sebaiknya dipertimbangkan lagi agar penelitiannya tidak sia-sia. Hal lain yang harus dilakukan adalah berusaha mendiskusikan masalah yang akan ditelitinya dengan teman sejawat atau berkonsultasi/meminta pendapat seseorang atau beberapa orang yang dianggap ahli di dalam bidang yang akan ditelitinya. Hal ini untuk menghindari pengulangan penelitian yang telah dilakukan peneliti lain. (1993: 42 – 43).   Dari sisi kejelasan masalah, pendefinisian inti masalah perlu dilakukan dari berbagai sisi, antara lain memperhatikan definisi dari kamus, kesepakatan umum,  jika perlu disertai dengan contoh yang konkret.  Penjelasan inti masalah  dalam suatu penelitian yang baik pada umumnya diungkapkan dengan definisi oprasional.
Ø  Kriteria lain yang tidak kalah pentingnya adalah significant Kriteria ini mengacu pada keharusan bahwa sebuah penelitian mesti berkontribusi terhadap pengetahuan penting bagi manusia. Penelitian idealnya menjawab pertanyaan yang memajukan pengetahuan dalam bidang  yang diteliti,  juga secara praktis penelitian itu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Ø  Kriteria selanjutnya adalah etis (Ethical). Masalah penelitian harus etis, pantas, layak, dan  beradab untuk diteliti. Intinya, penelitian itu  tidak menyebabkan kerusakan bagi manusia, alam, dan sosial.

C. PENYEDERHANAAN MASALAH PENELITIAN
     Penyederhanaan masalah penelitian sangatlah penting dilakukan. Merumuskan lebih dari dua lusin permasalahan penelitian hanya berarti mencari perkara. Orang akan dengan mudah kehilangan pegangan untuk menentukan ruang lingkup sehingga pengumpulan data menjadi tersekat-sekat. Untuk itu perlu adanya penyederhanaan masalah penelitian yaitu dengan membuat rumusan masalah. Rumusan  masalah yang baik adalah rumusan masalah yang memenuhi kriteria-kriteria yaitu menarik, bisa dilaksanakan, jelas, bermanfaat, dan etis.  
     Untuk keperluan praktis pelaksanaan penelitian,  ada dua pola  perumusan praktis masalah penelitian.  Pola pertama merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian dan pola yang lain masalah dirumuskan dalam bentuk  kalimat pernyataan (Sugiyono, 1994:36). 
Berikut ini contoh masalah  penelitian yang dirumuskan dalam bentuk  pertanyaan
1)      Bagaimanakah sikap masyarakat Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB mandiri ?
2)      Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri dan pegawai swasta ?
3)      Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan manisnya buah?
4)      Seberapa besar pengaruh  tata ruang kantor terhadap semangat  kerja pegawai?
Jika dirumuskan dengan bentuk  kalimat pernyataan,  rumusan  masalah di atas akan menjadi  kalimat berikut.
1)      Sikap masyarakat Kecamatan  Rancakalong Kabupaten Sumedang terhadap KB mandiri.
2)      Perbedaan produktivitas kerja  antara pegawai negeri dengan pegawai swasta.
3)      Hubungan  antara banyaknya semut dengan manisnya buah.
4)      Pengaruh tata ruang kantor terhadap semangat kerja pegawai.

     Masalah penelitan yang berasal dari berbagai sumber dapat kita sederhanakan agar tidak terlalu luas. Penyederhanaan masalah penelitian dapat kita lakukan dengan cara membuat rumusan masalah penelitian seperti uraian di atas.


BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan terhadap beberapa literatur kita bisa memperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
1)      Masalah  adalah keadaan yang berupa kesenjangan (gap) antara kenyataan dan harapan.  Kesenjangan itu bisa bersifat konseptual-teoretis maupun bersifat praktis.
2)      Karena masalah dalam kenyataannya berada dalam suatu konteks yang utuh, maka bentuk masalah bisa satu varibel, beberapa variabel, bahkan bisa merupakan perbandingan atau hubungan antar variabel.
3)      Kedudukan masalah dalam suatu penelitian sangat penting. Masalah merupakan pangkal dan acuan utama segala bentuk upaya yang dilakukan dalam penelitian, pada hakikatnya sebuah penelitian dilaksanakan untuk  mendapat kebenaran  (truth) dengan memecahkan masalah.
4)      Sumber masalah penelitian bisa diperoleh dengan cara eksplorasi maupun kajian toeri. Masalah bisa dimbil dari dari kehidupan sehari-hari; dari membaca buku; dari saran orang lain; dari adanya penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan; dari penyimpangan antara perencanaan dengan kenyataan;  dari pengaduan; dari kondisi yang muncul karena  adanya  kompetisi; dari berisi laporan penelitian, seminar, diskusi, dan pertemuan ilmiah lain; dari pernyataan pemegang otoritas; pengamatan sepintas; pengalaman pribadi;  atau kadang-kadang dari perasaan intuitif.  Meskipun demikian, masalah penelitian baru bisa diperoleh jika ada kepedulian dan kepekaan peneliti dalam menemukan masalah.
5)      Pemilihan masalah  dalam penelitian idealnya memenuhi kriteria menarik, bisa diteliti, jelas, bermanfaat, dan etis.
6)      Dalam merumuskan masalah, dikenal ada dua cara perumusan. Perumusan pertama menggunakan bentuk pernyataan. Perumusan masalah kedua menggunakan bentuk pertanyaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:  
     Universitas Indonesia Press.
Poerwadarminta, W.J.S. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
     Pustaka.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta  
     Wacana University Press.
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=16     Online pukul 10.00 am, Minggu,11-12-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar