SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Kamis, 26 Januari 2012


METODE PENGUMPULAN DATA KUALITATIF DAN INFORMAN
(NURHAKIM & FAHMI RIADL)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan oleh peneliti sebagai instrumen utama yang terjun sendiri ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan berperan serta atau wawancara. Peneliti melakukan pengamatan apa adanya dalam kenyataan begitupula dalam wawancara yang dilakukan sering bersifat terbuka dan tidak berstruktur. Oleh karena itu dikatakan bahwa peneliti sebagai kunci atau instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini.
            Metode kualitatif mengutamakan manusia sebagai instrumen penelitian karena mempunyai adaptibiltas yang tinggi yaitu selalu menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian tersebut. Data yang diperoleh melalui pengamatan berperan serta, wawancara atau analisis dokumen tidak langsung sempurna apabila diperoleh hanya dari satu sumber. Data tersebut masih “lunak” dan tidak langsung dipandang sebagai fakta “keras” yang tidak dapat disangkal kebenarannya. Sehingga setiap data yang diperoleh perlu dicek lagi kebenarannya.
            Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang akan dikumpulkan, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih harus dikembangkan sepanjang penelitian tersebut.
            Berkaitan dengan tingkat analisis dan fokus fenomena lapangan yang dikaji, teknik pengumpulan data yang utama menyandarkan pada pengamatan berperan serta dan wawancara. Penggunaan kedua teknik pengumpulan data tersebut mempertimbangkan bahwa fenomena yang konkret berbeda dengan yang abstrak. Fenomena yang konkret hanya dapat diamati sebagaimana adanya, dihasilkan dalam kondisi-kondisi tertentu.
            Dengan menggunakan teknik pengumpulan data tersebut, peneliti dapat mengekplorasi interpretasi-interpretasi yang berbeda maupun yang berhubungan serta pandangan-pandangan yang beragam dan berlawanan atas suatu fakta tertentu. Dengan cara ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa anggota masyarakat mempertahankan, mengubah atau mengembangkan variasi sosiokulturalnya.
            Selain pengumpulan data melalui pengamatan berperan serta dan wawancara dapat pula dilengkapi dengan analisis dokumen seperti otobiografi, surat pribadi, catatan harian, memoar, memo, pengumuman, artikel majalah, berita surat kabar. Analisis dokumen mendukung penelitian dengan fakta-fakta verbal yang dimilikinya. 
            Uraian di bab-bab selanjutnya akan menjelaskan mengenai metode-metode pengumpulan data dan informan dalam penelitian kualitatif.

1.2  Perumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang bagaimana metode pengumpulan data dan informan dalam penelitian kualitatif.

1.1  Tujuan dan Metode Penulisan
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengemukakan kajian tentang metode pengumpulan data dan informan dalam penelitian kualitatif. Untuk mencapai tujuan itu akan digunakan metode pustaka, baik dari buku maupun internet.

1.2   Sistematika Penyajian
            Makalah ini dibagi menjadi tiga bab. Bab satu adalah bab pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi tiga subbab yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian, dan sistem penyajian.
Bab dua berfungsi sebagai informasi yang menjelaskan tentang metode pengumpulan data dan informan penelitian kualitatif. Terdapat dalam bab dua ini adalah substansi metode pengumpulan data dan informan dalam penelitian kualitatif.
            Bab terakhir adalah bab tiga. Bab ini merupakan kesimpulan dari makalah.


BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA DAN INFORMAN

2.1 Relasi Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisisi Data
            Metode pengumpulan dan analisis data memiliki keterkaitan yang tidak dapat dielakkan, hal ini dikarenakan suatu metode pengupulan data juga sekaligus adalah metode dan teknik analisis data. Namode namun, adapula metode pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data.
            Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengupulan data dan teknik analisis data  adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penulusuran bahan internet.

2.2 Pengamatan
Mengapa Perlu Pengamatan?
Nasution (1986: 57) memberikan dua alasan mengapa kegiatan observasi (pengamatan) dalam penelitian menjadi penting, yaitu: Pertama, tidak ada pengamatan dua orang yang sama. Betapa pun ahli, terbiasa, dan terlatih pengamatan dua orang selalu ada saja perbedaannya. Apa yang kita amati merupakan ekspresi pribadi kita yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, perasaan, nilai-nilai, harapan, dan tujuan kita. Kedua, mengadakan pengamatan bukan proses pasif di mana kita hanya mencatat apa yang terjadi seperti halnya dengan kamera, seakan-akan kita berada di luar dan terpisah dari dunia yang kita amati. Mengadakan observasi adalah proses aktif. Kita melakukan sesuatu dan memilih apa yang kita amati. Ada hal-hal yang kita amati, ada pula yang kita hiraukan. Jadi kita tidak netral dan tidak terpisah dari apa yang kita amati. Kita terlibat di dalamnya secara aktif. Kita tidak hanya memperhitungkan apa yang kita amati, akan tetapi juga mengamati diri sendiri. Oleh karena kita terlibat dalam pengamatan, maka kita harus memperhitungkan hingga sejauh manakah kita mempengaruhi hasil pengamatan tersebut serta tafsiran-tafsiran yang dihasilkannya.
            Ada dua dimensi menurut Nasution yang menyebabkan sesuatu yang kita amati tersebut menjadi bermakna, yaitu informasi dan konteks. Informasi meliputi segala sesuatu yang terjadi, sedangkan konteks merupakan hal-hal yang berkaitan di sekitar kejadian-kejadian tersebut.
            M.Q. Patton, seperti yang dikutip Nasution (1986: 59) memberikan enam manfaat pengamatan dalam penelitian, yaitu:
1)        dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
2)        pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.
3)        peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap "biasa" dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
4)        peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
5)        peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensi
6)        dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial.

2.2.1 Jenis-jenis Pengamatan
Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan-serta dan yang tidak berperan-serta. Pada pengamatan tanpa peran-serta pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Sedangkan pada pengamatan berperan-serta, pengamat atau peneliti melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota dari kelompok yang diamatinya.
            Mulyana (2004:166) memberikan pengertian bahwa pengamatan berperan-serta, sering disebut juga etnografi atau penelitian lapangan, yakni "pergi ke lapangan" yang jauh dari peradaban atau dari laboratorium. Tujuannya adalah untuk menelaah sebanyak mungkin proses sosial dan perilaku dalam budaya tersebut, yakni dengan menguraikan setting-nya dan menghasilkan gagasan-gagasan teoretis yang akan menjelaskan apa yang dilihat dan didengar peneliti.
Selanjutnya Mulyana mengutip pengertian mengenai pengamatan berperan-serta dari beberapa ahli, diantaranya: Paul Rock yang mengemukakan bahwa pengamatan berperan-serta mungkin strategi sangat penting dalam interaksionisme simbolik yang memungkinkan peneliti menggunakan "diri" (self)-nya untuk menjelajahi proses sosial. Metode ini mengarahkan peneliti untuk menempatkan dirinya dalam situasi yang ia ingin analisis, yang menuntutnya mengamati dan berpartisipasi pada saat yang sama (Mulyana, 2004:165).
            Dalam pengertian bebas pengamatan berperan-serta adalah metode pengumpulan data di mana si peneliti berbaur dan berinteraksi dengan subjek penelitian, melihat dan mecatat kejadian-kejadian yang menjadi fokus perhatiannya, kemudian memberikan deskripsi, interpretasi, atau analisis atas temuan-temuan tersebut berdasarkan tujuan penelitian dimana hasil analisis tersebut dapat menjadi gagasan-gagasan dalam membangun sebuah teori.

2.2.2 Mencatat Hasil Pengamatan
            Melakukan pengamatan tidak beridiri sendiri, artinya apa yang diamati harus dibuat catatan atau direkan sebagai bahan untuk analisis dalam laporan peneliti. Guba dan Lincoln (dalam Maleong, 2001:130) memberikan beberapa petunjuk untuk pencatatan data pengamatan berikut ini.
1)        Buatlah catatan: Catatan mungkin berupa laporan langkah-langkah peristiwa, bisa dibuat dalam bentuk kategori sewaktu dicatat, atau dapat pula berupa catatan tentang garnbaran umurn yang singkat.
2)        Buku harian pengalaman lapangan: Buku harian dibuat dalam bentuk yang lebih terorganisir dan harus diisi setiap hari. Analisis data langsung dimulai sejak hari-hari pertama mengumpulkan data dengan jalan mulai menyusun kategori-kategori.
3)        Catatan tentang satuan-satuan tematis: Jika peneliti tertarik terhadap suatu tema tertentu, maka ia perlu membuat catatan yang mendetail tentang tema-tema yang sesuai yang muncul.
4)        Catatan kronologis: Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara kronologis dari waktu ke waktu.
5)        Peta konteks: Peta konteks bisa berupa peta, sketsa, diagram tentang latar penelitian, misalnya latar kelas, tempat bermain, tempat menyimpan alat.
6)        Taksonomi dan sistem kategori: Catatan demikian biasanya dibuat pada pengamatan terstruktur yang kategorinya secara taksonomi dibuat mewakili hipotesis yang telah disusun terlebih dahulu. Contoh-contoh dicatat menurut kategori dan dapat dibuat secara terbuka.
7)        Jadwal: Jadwal pengamatan berisi waktu secara mendetail tentang apa yang akan dilakukan, di mana, bilamana, apa yang diamati, dan semacamnya.
8)        Sosiometrik: Sosiometrik adalah diagram hubungan pernbicaraan para subjek, siapa berbicara dengan siapa, siapa berbicara tentang apa, dan siapa bermain dengan siapa.
9)        Panel: Pengamatan yang dilakukan secara berkala terhadap seseorang atau sekelompok orang, misainya dilakukan setiap dua minggu atau setiap sebulan, terutama untuk menentukan perubahan-perubahan yang terjadi.
10)    Balikan melalui kuesioner: Kuesioner dibuat untuk diisi oleh pengamat, bukan oleh subjek. Maksud utamanya ialah untuk memberikan umpan balik kepada pengamat sehingga ia lebih dapat mengarahkan apa yang akan diamatinya dan dalam hal-hal tertentu dapat memperbaiki teknik pengarnatannya.
11)    Balikan melalui pengamat lainnya: Pengalaman pengamat lain dapat saling dipertukarkan dengan pengamat sendiri, dan hal itu dapat lebih memperbaiki teknik pengamatannya.
12)    Daftar cek: Daftar cek dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh aspek informasi sudah diperoleh atau belum.
13)    Alat elektronik yang disembunyikan dapat pula digunakan jika situasinya membuat peneliti tidak dapat mengadakan pengamatan sama sekali, misalnya video-camera yang tersembunyi.
14)    Alat yang dinamakan "topeng-steno": Alat perekam suara dihubungkan secara tersembunyi dari tubuh pengamat dengan taperecorder sehingga tidak mengganggu suasana yang diamati.

2.3 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu diajukan oleh, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memeberikan jawaban atas pertanyaan itu (Maleong, 2001:135). Sependapat dengan Mulyana yang menyebutkan wawancara sebagai bentuk komunikasi antara  dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004:180).

2.3.1 Tujuan Wawancara
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Nasution (1985:266) menyebutkan antara lain : mengkonstruksi  mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstrusi kebulatan sebagai harapan yang dialami di masa datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.(Maleong, 2001:135)

2.3.2  Jenis-jenis Wawancara
Koentjaraningrat (1986:136) membagi wawancara ke dalam dua golongan besar, ialah (1) wawancara berencana atau standardized interview, dan (2) wawancara tak berencana atau unstandardized interview. Perbedaan terletak pada perlu tidaknya peneliti  menyusun daftar pertanyaan yang dipergunakan sebagai pedoman untuk mewawancarai informan. Sedangkan dipandang dari sudut bentuk pertanyaan wawancara dapat dibedakan antara (1) wawancara tertutup atau close interview dan (2) wawancara terbuka atau open interview. Perbedaan terletak pada jawaban yang dikehendaki terbatas maka jawaban wawancara tersebut tertutup, sedangkan apabila yang dikehendaki tidak terbatas maka termasuk wawancara cara terbuka.
Menurut Mulyana, wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni tak terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (opened interview), wawancara etnografis; sedangkan wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan jawaban yang sudah ditentukan (Mulyana, 2004:180)

2.3.3 Pencatatan Data Wawancara
Masalah pencatatan data wawancara merupakan juga suatu aspek utama yang amat penting dalam wawancara, karena kalau pencatatan itu tidak dilakukan dengan semestinya, maka sebagian dari data akan hilang, dan banyak usaha wawancara akan sia-sia belaka. Adapun pencatatan dari data wawancara dapat dilakukan dengan lima cara yaitu : (1) pencatatan  langsung (2) pencatatan dari ingatan (3) pencatatan dengan alat recording (4) pencatatan dengan field rating, dan  (5) pencatatan dengan field coding (Koentjaraningrat, 1986:151).
            Pemanfaatan cara pencatatan langsung dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai sistem kekerabatan maupun data psikologis. Kedua jenis data tersebut harus ditulis setepat-tepatnya untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran data. Data mengenai sistem kekerabatan dan psikologis perlu ditulis selengkap-lengkapnya.
            Pencatatan dari ingatan dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai data sosial budaya. Pemanfaatan cara ini dapat membantu untuk membina rapport dengan informan. Bagaimanapun kuatnya ingatan seorang peneliti tidak akan mampu merekam informasi sebanyak-banyaknya untuk waktu yang lama. Oleh sebab itu , hasil wawancara harus segera dipindahkan ke dalam catatan . Hal itu untuk menghindari tidak tercatatnya informasi yang diperlukan.
            Alat-alat recording sangat membantu peneliti untuk merekam informasi yang disampaikan informan saat wawancara sampai ke hal- hal yang detail. Selain itu informasi-informasi lainnya dapat disampaikan informan  setelah mendengarkan rekaman sebelumnya. Peneliti juga dengan mudah mentransliterasi hasil rekaman karena dapat diulang-ulang. Sebaiknya peneliti memanfaatkan tape recorder kecil sehingga tidak menggangu pemandangan saat wawancara dilaksanakan.
            Field rating  memiliki pengertian pencataatan dengan angka-angka atau kata-kata yang menilai. Pencatatan semacam ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para peneliti sosiologi. Berbekal kuesioner atau formulir pengisian, peneliti mewawancarai responden dalam jumlah besar . Responden tidak hanya dituntut untuk memberikan jawaban “ya” atau “tidak” melainkan mengandung penilaian. Selanjutnya peneliti menggolong-golongkan ke dalam tingkatan tertentu.

2.3.4 Petunjuk dan Saran-saran Wawancara
            Terlepas dari tujuan spesifik wawancara (pekerjaan, penilaian, peringatan, atau pemecatan) ada pedoman  yang akan memperbaiki kinerja pewawancara, kinerja responden,dan suasana umum sidang wawancara.
Sussman dan Krivonos (1979)  menyarankan sebagai berikut :
1.        Rencanakan wawancara dengan hati-hati.
2.        Bangunlah hubungan dan suasana  yang nyaman dengan orang yang anda wawancarai.
3.        Lakukan wawancara dalam lingkungan yang menyenangkan.
4.        Jagalah agar tidak banyak gangguan terhadap wawancara.
5.        Bersiaplah mendengarkan.
6.        Berusaha seobjektif mungkin.
7.        Ingat-ingatlah tujuan wawancara anda.
8.        Rancanglah pertanyaan-pertanyaan sehingga memperoleh jawaban memadai dari orang yang anda wawancarai.
9.        Putuskan apakah pertanyaan terbuka atau tertutup akan memberi informasi yang anda inginkan.
10.    Hindari pertanyaan yang menggiring, kecuali bila memenuhi tujuan anda yang spesifik.
11.    Pilihlah bahasa yang dimengerti responden.Berbicaralah dengan jelas, namun bersikap rendah hati.
12.    Bualah semacam ringkasan mengenai apa yang telah diputuskan, didiskusikan, dan dipertimbangkan dalam wawancara.
13.    Berilah responden pernyataan mengenai tindakan mendatang yang diharapkan darinya berdasarkan wawancara, dan apa yang diharapkan dari anda berdasarkan wawancara.

2.4 Dokumen
2.4.1 Pengertian
            Dokumen didefinisikan secara sempit sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan ( Kartodirdjo dalam Koentjaraningrat, 1986 : 46). Data verbal tersebut terdapat antara lain dalam surat-surat, catatan harian (journal), kenang-kenangan (memoar), laporan-laporan dan sebagainya. Sifat istimewa dari data verbal ini adalah data tersebut mengatasi ruang dan waktu sehingga membuka kemungkinan bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang gejala sosial yang telah musnah. Sedangkan dokumen dalam arti yang luas juga meliputi monumen, artefact, foto, tape dan sebagainya.
            Dokumen-dokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana penulis mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan dan situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi-diri tersebut dalam hubungan dengan orang-orang di sekelilingnya dengan tindakan-tindakannya. (Mulyana, 2004 : 195)
  


2.4.2  Jenis Dokumen
1. Dokumen Pribadi
            Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi adalah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.
a)        Otobiografi
Otobiografi banyak ditulis oleh orang-orang tertentu seperti guru atau pendidik terkenal, pemimpin masyarakat, ahli bahkan orang biasa pun ada yang menulis. Ada bermacam-macam maksud dan tujuan menulis otobiografi, antara lain karena senang menulis, upaya mengurangi ketegangan, mencari popularitas, dan kesenangan pada sastra. Motif dari penulisnya akan mempengaruhi isi penulisan otobiografi.
Contoh otobiografi adalah otobiografi dari Dokter Sutomo yang disusun oleh pihak lain. Dari riwayatnya dapat digambarkan kehidupan pedesaan, kemudian gaya hidup priyayi pada awal abad ini ke-20, timbulnya sistem pendidikan modern, kehidupan di kota pada zaman kolonial dan uraian mengenai nilai-nilai baru pada golongan elit baru
a)        Surat Pribadi 
Surat pribadi antara seseorang dengan anggota keluarganya dapat dimanfaatkan pula oleh peneliti untuk mengungkapkan hubungan sosial seseorang. Jika surat pribadi itu berisi masalah atau pengalaman yang berkesan dari penulisnya, maka surat pribadi itu akan bermanfaat bagi upaya menggambarkan latar belakang pengalaman seseorang. Masih banyak kemungkinan isi surat pribadi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada data hasil wawancara dan pengamatan.
Salah satu kumpulan surat yang penting bagi penelitian adalah suart-surat R.A. Kartini pada Ny. Abendanon yang terkumpul dalam buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Berisi idealisme Kartini untuk melancarkan emansipasi juga memuat hal mengenai adat istiadat kuno dalam lingkungan keluarga bupati, norma-norma yang berlaku, cara-cara pendidikan kuno dan pendidikan anak perempuan khususnya serta kedudukan wanita dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
a)        Catatan harian
Dokumen yang sangat pribadi sifatnya adalah catatan harian. Salah satu contoh catatan harian yang jarang didapati tersebut adalah Djakarta Diary dari Mochtar Lubis yang dimuat dalam Indonesia Raya. Di dalam catatan harian itu,  banyak memuat data yang relevan bagi keadaan masyarakat Indonesia pada zaman memuncaknya sistem pilitik demokrasi terpimpin.
Dalam catatan harian tersebut, ada banyak catatan tentang peristiwa dan keadaan dari hal-hal yang langsung menyangkut kepribadian penulis, umumnya pengakuan tentang masalah-masalah pribadi, antara lain pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan serta interpretasi tentang kejadian-kejadian serta situasi lingkungan.   
Catatan harian yang bermanfaat adalah catatan harian yang ditulis dengan memberikan tanggapan tentang peristiwa di sekitar penulis.  Kesukaran peneliti untuk mencari catatan harian adalah karena penulis dan pemiliknya cenderung tidak mau memperlihatkan pada orang lain dan ia merasa malu bila rahasianya terbuka pada orang lain.
a)        Memoar
Suatu jenis dokumen pribadi yang sangat mirip dengan catatan harian adalah memoar. Pada umumnya memoar tidak menyingung masalah pribadi melainkan merupakan uraian tentang soal-soal umum. Kebanyakan memoar yang dikarang oleh orang Indonesia merupakan kisah-kisah perjalanan. Di dalamnya biasanya terdapat uraian serta lukisan tentang keadaan negara, kota dan daerah. Contoh klasik dari kisah perjalanan adalah Lampah-lampahimpu dari R.M.A. Poerwa Lelana yang menggambarkan keadaan Jawa pada bagian kedua abad ke-19.
Terdapat banyak memoar dari pengarang Barat, antara lain suatu kisah perjalanan yang ditulis pada awal abad ke-16 oleh seorang Portugis, Tome Pires. Dalam buku yang berjudul Suma Oriental, dia memberikan gambaran tentang struktur sosial dari masyarakat kerajaan dan kota pantai di Semenanjung Melayu (Malaka) dan di pantai utara Jawa Timur (Tuban). Dari pembacaan kisah itu, dapat disimpulkan antara lain hirarki dalam birokrasi kerajaan dan sejajar dengan itu stratifikasi sosial, hubungan antara orang-orang elit dengan orang-orang dari perkampungan pedagang asing. 

2. Dokumen Resmi
            Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan di dalam kalangan sendiri. Termasuk di dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pimpinan kantor dan sejenisnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan.
            Dokumen eksternal berisi bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya surat kabar, majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disampaikan melalui media massa. Dokumen eksternal dapat digunakan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan dan lain-lain (Maleong : 2001: 163) 
            Dibandingkan dengan dokumen resmi yang bersifat eksternal, maka dokumen resmi yang bersifat internal pada umumnya lebih mampu memberikan detil dari suatu peristiwa secara lebih eksak, karena mereka mempunyai fasilitas untuk mendapatkan volume informasi yang lebih besar.
            Dokumen yang bersifat rahasia lebih mendetil lagi menyajikan informasinya. Sifat resmi dokumen internal ini mengurangi tendensi untuk mencantumkan informasi yang bersifat perasaan pribadi. Sehingga gaya bahasanya juga bersifat objektif daripada bahasa dalam dokumen pribadi atau dokumen resmi yang bersifat eksternal.

2.4.3 Tujuan Penggunaan Dokumen
            Dokumen diperlukan pada proses penelitian ilmiah adalah pada tahap-tahap sebagai berikut :
1)        Membentuk dan memperbaiki kerangka konsep kita. Apabila pada awal penelitian menghadapi suatu persoalan maka dalam mencari pemecahannya kita mencari data. Data tersebut kita kumpulkan, pelajari, “renungkan” hingga memperoleh hal-hal yang relevan dengan masalah dihubungkan dengan pengalaman kita dan dibandingkan satu sama lain lalu menempatkannya pada suatu pola abstrak yang terjalin secara logis. Proses penelitian induktif yang otentik memang memerlukan banyak dokumen. Dengan kata lain dokumen turut membantu menyusun konstruksi konsep serta penyempurnaannya.
2)        Menyarankan hipotesa baru. Apabila dokumen dapat dipandang ada di pangkal proses abstraksi atau generalisasi, maka salah satu tingkat abstraksi yang lebih lanjut adalah pembentukkan hipotesa yaitu suatu perumusan sementara dari generalisasi yang dituju. Sebagai jawaban sementara terhadap persoalan hipotesa diperlukan dukungan data dan untuk data itu diperlukan dokumen yang banyak.
3)        Mengetes dan mengilustrasi teori dengan data dari dokumen.  Sebagai konstruksi pikiran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dari hipotesa, maka teori mempunyai kemampuan interpretatif, analitis serta daya menerangkan yang jauh lebih besar daripada hipotesa sehingga data yang tercakup di dalamnya sangat besar jumlahnya
4)        Mencari pengertian historis tentang fenomena unik dengan data dokumen. Dalam hal ini bukan tujuan peneliti untuk menyusun suatu hipotesa atau teori, tapi sesuai dengan pemikiran yang idiografis hendak memperdalam pengertiannya mengenai masalah bagaimana dan mengapa suatu gejala sosial berkembang yang memerlukan kekayaan fakta yang detil
5)        Membuat Jembatab antara ilmu pengetahuan dan common sense. Apabila ilmu sosial ingin menggunakan common sense sebagai dasar untuk kerangka teoretisnya, maka prosedur berpikirnya perlu disempurnakan, observasi data perlu untuk memberi struktur, fakta-fakta diklasifikasi, pusat dan jangkauan observasi diberi batasan, pengertian-pengertian dipertajam dengan penggunaan sistem terminologi ilmu-ilmu sosial
6)        Mengawasi gejala di dalam lapangan kedokteran, pekerjaan sosial dan bimbingan psikologis yang memerlukan dokumen, sebab tindakan perlu didasarkan pada pengalaman individu. Perhatian dipusatkan pada data individu serta detil yang terdapat dalam riwayat hidup individu
7)        Menyempurnakan teoretis serta metodologi penelitian. Akumulasi data yang dilakukan dengan pedoman kerangka teoretis akan menambah tidak hanya pengetahuan fakta saja tapi juga pengetahuan substatif teoretis. Hal ini akan membantu penyempurnaan metodologi sebagai prosedur ilmiah yang tidak dapat dijalankan tanpa pedoman konstruksi teoretis.  (Kartodirdjo dalam Koentjaraningrat, 1986 : 65)

 2.5 Metode Bahan Visual
            Rolan Barthes dalam bukunya Burhan (2010:123) mengatakan fotografi sebagai pesan yang tak berkode.  Fotografimengungkap semua komponen dunia yang dapat diidentifikasi, namun untuk dapat berinterprestasi haruslah memiliki pengetahua yang cukup.  Apa yang dikatakan Barthes itu kelebihan dari bahan visual sebagai bahan yang menyimpan informasi yang sangat berguna dalam suatu penelitian. Bahan fotografi itu jenisnya bermacam-macam misalnya foto, grafis, film, video, kartun, mikrofilm, slide, dan sebagainya sehingga disebuat semuanaya adalah bahan visual.
            Bahan visual bermanfaat untu mengungkapkan suatu keterkaitan antara objek penelitian dan peristiwa di masa  silam atau peristiwa saat ini. Bahan visual memiliki makna sfesifik dengan objek informan penelitin. Keterkaitan tersebut dapat diungkapkan dalam beberapa hal antara lain: 1. Bagaimana hubungan pemilik bahan  visual dengan masa lalu. 2. Apakah lingkungan sosial disekitar objek dan informan penelitian saat itu memiliki keterkaitan dengan sebuah pemaknaan yang dapat digali saat ini. 3. Apa makna bahan visual itu dengan dalam kehidupanobjek dan informan penelitian saat itu dan saat sekarang. 3. Sejauh mana bahan visual itu memberikan petunjuk kepada peneliti untuk menemukan bahan informasi baru.
            Walau bahan visual ini dapat digunakan dalam penelitian,  namun karena bahan visual ini adalah bahan informasi sekunder maka bahan visual ini hanya dapat digunakan dalam meode sekunder. Kadang pula bahan visual memiliki sifat yang hampir sama dengan dokumenter. Sehingga penggunaanya harus dipilah sebaik mungkin, bahwa  bahan ini termasuk  visual atau dokumenter.
            Kendatai semua bahan dokumenter dapat di visualkan, namunperlu dibedakan antara keduanya, yaitu: 1. Bahan dokumenter tidak memiliki sifat fotografi namun apabila ada film dokumenter maka sebaiknya dikelompokkan sebagai bahan visual. 2. Bahan dokumenter bukan grafis. 3. Bahan dokumentasi berupa kumpulan tulisan dan cerita yang tertulis. 4. Bahan visual secara utuh menggunakan teknologi  digital sebagai cara berproduksi.
            Konsep dokumnter dibuat saat kemajuan teknologi informasi dan  tekhnologi media belum  sepesat saat ini. Saat ini teknologi media sudah  mampu untuk dapat menampilkan bahan visual secara jelas, terstruktur dan mudah disimpan dan dapat digunakan kembali kapan saja. Untuk itu perlunya penembangan konsep yang jelas antara dokumentasi dengan visual agar konsep keduanya tidak saling tumpang tindih.

 2.6 Metode Penelusuran Data Online
            Perkembangan internet yang sudah maju pesat  serta telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademis mau ataupun tidak menjadikan media online seperti internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran innformasi, mulai dari informasi teoritis maupun data-data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian. Sehubungan dengan itu, maka mau ataupun tidak kita harus menciptakan metode untuk memanfaatkan data online yang begitu banyak yang tersebar di internet dan begitu banyak yang dimanfaatkan.
            Awal mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data online sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti penelitian, karya tulis seperti skripsi, tesisi, maupun disertasi. Namun ketika media internet berkembang begitu pesat dan sangat akurat, maka keraguan itu jadi sirna kecuali bagi kalangan kademisi konvensional-ortodoks yang kurang memahami perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan akurasi media online sebagai suber data maupun sumber informasi teori. Hal ini disebabkan karena saat itu banyak publikasi teiritis yang disimpan dalam bentuk online dan disebarkan melalui jaringan internet. Begitu pula saat ini, berbagai intitusi telah menyimpan data-datamereka diserver-server yang dapat dimanfaatkan secara internet maupun melalui internet. Dengan demikian polemik tentang keabsahan dan validitas data informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung pada bagaimana peneliti dapat memilih sumber-sumber data online mana yang sangat kredibel dan dikenal banyak kalangan.
            Sehubungan dengan itu, metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
            Dalam penelusuran data  online peneliti dapat mengunakan bagian-bagian fasilitas tertentu untuk memulai menelusuri data  yang ingin diperoleh. Umumnya setiap website yang lengkap telah disediakan fasilitas direktori yaitu kategori data atau tema/problem apa yang ingin ditelusuri. Seperti dapat dilihat pada contoh dibawah ini:

Yahoo! Web Directory                                               More yahoo! Web Directory
Arts                             Education                    News                           Regional
Business                      Entrtainment               Recreation                   Science
Computer                    Health                                     Refrence                      Society

            Biasanya direktori ini dibuat untuk meuntun peneliti masuk pada sub-subbdirektori yang lebih spesifik sehingga sampai pada objek data-informasi yang diperoleh. Adakalnya peneliti dapat langsung menggunakan fasilitas search yang disediakan pada web site tertentu untuk langsung menelusuri objek data-informasi, dimana fasilitas ini dikelola oleh search enggine, jadi pneliti lebih cepat mengetahui apakah objek pncariannya ada atau tidak dalam website tersebut. Bagi web site yang dikhususkan untuk pencarian data seperti www.goegle.com, lebih banyak membantu peneliti untuk melakukan penelusuran data online seperti dapat dilihat pada contoh berikut.
            Namun bagi web site yang tidak di khususkan untuk pencarian data seperti www.yahoo.com, www.Palsa.com, www.amazon.com, dan sebagainya, peneliti harus lebih lama berada secara online.






Prosedur yang penting dalam menggunakan metode ini adalah penyebutan sumber data atau kapan dia melakukan browsing, baik itu informasi teori maupun data, penyebutan sumber menjadi sangat penting. Kalau peneliti menggunakan printer untuk mencetak hasil penelusuran, maka disetiap bagian atas atau bawah disebelah kiri atau kanan kertas akan tertera alamat atau direktori data-inform asi maupun artikel itu ditemukan, sehingga setiap orang dapat menguji kebenaran hasil penelusuran orang lain kapanpun.
Sebagai metode, maka metode penulusuran data online ini mempunyai kelemahan sebagaiamana pula metode-metode lain, seperti sulitnya informasi, di we site mana objek mana data informasi yang dibutuhkan tersedia, kesulitan ini menyebabkan peneliti terbatas dalam penelusuran. Kelemahan  lain bahwa data informasi yang ada dalam server web site yang online di internet rawan dari serangan virus atau rawan up date, sehingga apabila terjadi serangan virus atau up date maka bisa jadi data tersebut telah berubah bahkan hilang. Hal ini tebtulah merepotkan peneliti pertama untuk menelusuri ulang data tersebut.
Selain itu bahwa dunia maya sangat rawan dengan penculikan dan pembacakan hal ini dikarenakan belum adanya sistem pertahanan yang benar-benar andal. Apapun yang menjadi penyebab hilangnya web site atau sumber download menjadi tanggung jawab peneliti dikemudian hari tentang hasil bahan telusurannya secara online itu, karena tidak mustahil ada pembaca atau orang lain tertarik untuk memperoleh bahan tersebut secara utuh. Sehingga apabila sumber download itu sudah hilang atau tidak online lagi maka secara utuh bahan telusur online yang di kutipan itu ada pada penulis.
Sama seperti halnya  metode dokumenter dengan metode bahan visual di atas, metode bahan penelusuran online ini juga adalah metode sekunder yag dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, karena metode ini hanya membantu peeliti menyediakan bahan-bahan sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk sekunder, karena sifat bahannya yang sekunder itu kecuali kontennya yang dapat langsung dinalaisis dengan metode analisis isi,  metode analisis bingkai (freaming analiysis), atau metode-metode lain semacamnya.

 2.7 Pemilihan Informan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan informan, yaitu:
 orang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti (2) usia yang bersangkutan telah dewasa (3) orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani (4) orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk menjelek-jelekan orang lain (5) orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.
2.7.1 Teknik Penentuan Informan Penelitian (Subjek Penelitian)
Dalam penelitian kualitatif, teknik yang biasa digunakan dalam memilih dan menentukan subjek penelitian dengan menggunakan teknik Purposive Sampling (Subjek sesuai Tujuan) dan teknik Snowball Sampling (Bola Salju).
1.        Purposive Sampling
Penentuan subjek berdasarkan tujuan dilakukan untuk meningkatkan kegunaan informasi yang didapatkan dari subjek yang kecil. Peneliti memilih subjek yang mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti.
Ciri-ciri khusus purposive sampling adalah sebagai berikut:
a)        Emergent Sampling Design; bersifat sementara, sebagai pedoman awal terjun ke lapangan, setelah sampai ke lapangan boleh saja berubah sesuai dengan keadaan.
b)        Serial Selection of Sample Units; mengelinding seperti bola salju (snow ball); sesuai dengan petunjuk yang didapatkan dari informan-informan yang telah diwawancarai.
c)        Continuous Adjustment or ‘Focusing’ of the Sample; siapa yang akan dikejar sebagai informan baru disesuaikan dengan petunjuk informan sebelumnya dan sesuai dengan kebutuhan penelitian, unit informan yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan terarahnya fokus penelitian.
d)       Selection to the Point of redundancy; pengembangan informan dilakukan terus sampai informan mengarah ke titik jenuh (Licoln dan Guba: 1985)

2.        Snowball Sampling
Pemilihan informan dengan teknik snowball sampling merupakan teknik terbaik dalam penelitian kualitatif terutama dalam hal-hal penelitian topik-topik yang sensitif atau populasi yang sulit dijangkau.
Menurut Lee dan Berg (2001) dalam Syah (2003: 5) menyatakan strategi dasar teknik bola salju (snowball) ini dimulai dengan menetapkan satu atau beberapa orang informan kunci (key informants) dan melakukan interview terhadap mereka secara bertahap atau berproses. Kepada mereka kemudian diminta arahan, saran, petunjuk siapa sebaiknya yang menjadi informan berikutnya yang menurut mereka memliki pengetahuan, pengalaman, informasi yang dicari, selanjutnya penentuan informan berikutnya dilakukan dengan teknik yang sama sehingga akan diperoleh jumlah informan yang semakin lama semakin besar.
Informan sebagai sumber data hendaknya memenuhi kriteria berikut:
a)        Mereka yang menguasai atau memahmi masalah yang diteliti.
b)        Mereka yang sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang sedang diteliti.
c)        Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
d)       Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri.
e)        Mereka yang pada mulanya tergolong asing dengan peneliti sehingga menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.







BAB III
KESIMPULAN


Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasanya Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan oleh peneliti sebagai instrumen utama yang terjun sendiri ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan berperan serta atau wawancara. Peneliti melakukan pengamatan apa adanya dalam kenyataan begitupula dalam wawancara yang dilakukan sering bersifat terbuka dan tidak berstruktur. Oleh karena itu dikatakan bahwa peneliti sebagai kunci atau instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini.
            Metode kualitatif mengutamakan manusia sebagai instrumen penelitian karena mempunyai adaptibiltas yang tinggi yaitu selalu menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian tersebut.
Metode pengumpulan dan analisis data memiliki keterkaitan yang tidak dapat dielakkan, hal ini dikarenakan suatu metode pengupulan data juga sekaligus adalah metode dan teknik analisis data. Namode namun, adapula metode pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode analisis data atau bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data.
Adapun metode yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif adalah Metode Wawancara, Metode Observasi, Metode Dokumen Bahan Visual, Metode Penelusuran Data Online Dan Metode Informan Penelitian. Kesemuanya itu dapat dilakukan oleh sipeneliti untuk mendapatkan data/informasi yang dibutukan. Bergantung kembali kepada hal-hal yang mempengaruhi dalam penelitian kualitatif artinya kelemahan maupun kelebihan masing-masing metode ada. Maka dari itu dibutuhkan kejelian peneliti untuk menggunkan metode yang mana dalam penelitiannya.
       Demikianlah pembahasan makalah ini kiranya dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya penulis pada khususnya.






DAFTAR PUSTAKA


Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Creswell, John W. 2002. Research Design. Terjemahan. Jakarta: KIK Press

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

Koentjaraningrat. 1986. “Metode Wawancara” dalam Metode-metode Penelitian Masyarakat Redaksi Kontjaraningrat. Jakarta: Gramedia

Kartodirdjo, Kartono. 1986. “Metode Penggunaan Bahasa Dokumen” dalam Metode-metode Penelitian Masyarakat Redaksi Koentjaraningrat. Jakarta: Gramedia

Maleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito

Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. 2000. Human Communication. Terjemahan. Bandung: Remaja Rosdakarya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar