SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Selasa, 10 Januari 2012


LATAR SOSIAL DAN KULTURAL PEMBELAJARAN BAHASA

Budi Jatmiko (117835443)


I.    PENDAHULUAN

Dalam interaksi sosial, kita tidak jarang menemukan bahwa apa yang kita ucapkan atau kita sampaikan kepada lawan bicara tidak bisa dipahami dengan baik. Kegagalan memahami pesan ini disebabkan beberapa faktor, antara lain: beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan, dan lain-lain. Pemilihan kata-kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial sangat tergantung pada budaya tempat bahasa itu digunakan. Ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Sumarjan & Partana (2002: 20) bahwa bahasa sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial atau budaya tertentu, bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Di sini bahasa bisa dianggap sebagai cermin zamannya. Artinya, bahasa itu dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi dalam masyarakat, tergantung kultur daerah yang bersangkutan.
Dalam pembelajaran atau pendidikan sudah bisa dipastikan menggunakan bahasa untuk mencapai tujuannya. Sangat menarik apabila kita mengkaji bahasa dalam ruang lingkup pembelajaran, dimana tidaklah mungkin bisa terlepas dari faktor masyarakat sebagai penggunaannya dan budaya sebagai faktor yang mempengaruhi bahasanya.
Makalah ini  akan mengulas tentang apa itu hakikat bahasa, masyarakat dan budaya, apa fungsi bahasa, apa hubungan bahasa, masyarakat dan budaya serta bagaimana pembelajaran bahasa dikaitkan dengan konteks budaya dan masyarakat.


II.   PEMBAHASAN

A.     Hakikat dan Fungsi Bahasa, Masyarakat dan Budaya

      
                   (1) Hakikat dan Fungsi Bahasa

Hakikat Bahasa

Alwasilah (1993: 82-89) menyebutkan bahwa hakikat bahasa adalah sebagai seberikut ini.

a)    Bahasa itu sistematik,
Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak sembarangan bunyi bisa dipakai  sebagai suatu simbol  dari suatu rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian rupa sehingga terucapkan.  Kata pnglln tidak mungkin muncul secara alamiah, karena tidak ada vokal di dalamnya.  Kalimat  Pagi ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya sitematis, tetapi kalau diubah menjadi  Pagi  pergi ini kampus ke Faris  tidak bisa dimengarti karena melanggar sistem.

b)   Bahasa itu manasuka (Arbitrer)
Manasuka  atau arbiter adalah acak, bisa muncul tanpa alasan. Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa  bisa muncul tanpa hubungan logis dengan yang disimbolkannya.  Mengapa makanan  khas yang berasal dari Garut itu disebut dodol bukan dedel atau dudul  Mengapa  binatang panjang kecil berlendir itu kita sebut cacing ? Mengapa tumbuhan kecil itu disebut rumput, tetapi mengapa dalam bahasa Sunda disebut jukut, lalu dalam bahasa Jawa dinamai suket ? Tidak adanya alasan kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas atau yang sejenis dengan pertanyaan  tersebut. Bukti-bukti di atas menjadi bukti bahwa bahasa memiliki sifat arbitrer, mana suka, atau acak semaunya.

c)    Bahasa itu vokal
Vokal dalam hal ini berarti bunyi.  Bahasa mewujud dalam bentuk bunyi.  Kemajuan teknologi dan  perkembangan kecerdasan manusia memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa.  Sistem penulisan hanyalah  alat untuk menggambarkan arti di atas kertas, atau media keras lain. Lebih jauh lagi, tulisan berfungsi sebagai  pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu,  tulisan menjadi pelestari kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia purba dan manusia terdahulu lainnya bisa kita prediksi karena mereka meninggalkan sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain berbentuk tulisan.

d)   Bahasa itu simbol
Simbol adalah lambang sesuatu,  bahasa juga adalah lambang sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan bahasa dengan bunyi  tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah hujan.  Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk melambangkan titik-titik air yang jatuh dari langit itu.  Simbol bisa berupa bunyi, tetapi bisa berupa goresan tinta  berupa gambar di atas kertas.  Gambar adalah bentuk lain dari simbol.   Potensi yang begitu tinggi yang dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu  menjadikannya  alat yang sangat berharga bagi kehidupan manusia. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika  manusia tidak memiliki bahasa,  betapa sulit mengingat dan menkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.
 
e)    Bahasa itu mengacu pada dirinya
Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.  Binatang  mempunyai bunyi-bunyi sendiri  ketika bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-bunyi yang mereka gunakan tidak bisa digunakan untuk  membelajari bunyi  mereka sendiri. Berbeda dengan halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang digunakan manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri. Dalam istilah linguistik, kondisi seperti itu disebut dengan metalaguage, yaitu bahasa bisa dipakai untuk  membicarakan bahasa itu sendiri.  Linguistik menggunakan bahasa untuk menelaah bahasa secara ilmiah.

f)     Bahasa itu manusiawi
Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa  bahwa itu adalah kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia.  Manusialah yang berbahasa  sedangkan hewan dan tumbuhan tidak.  Para ahli biologi telah membuktikan bahwa berdasarkan sejarah evolusi,  sistem komunikasi binatang  berbeda dengan sistem komunikasi manusia, sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya manusia sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi pembenaran menamai manusia sebagai  homo loquens  atau  binatang yang mempunyai kemampuan berbahasa. Karena sistem bunyi yang digunakan dalam bahasa manusia itu berpola makan manusia pun disebut homo grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.

g)   Bahasa itu komunikasi
Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah  bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai  alat mempererat antar manusia dalam komunitasnya, dari komunitas  kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti negara. Tanpa bahasa tidak mungkin terjadi interaksi harmonis antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan sosial antar manusia tanpa bahasa. Komunikasi mencakup makna  mengungkapkan dan menerima pesan, caranya bisa dengan berbicara, mendengar, menulis, atau membaca. Komunikasi itu bisa beralangsung dua arah, bisa pula searah.


 Fungsi Bahasa

Berbicara mengenai fungsi bahasa, tentu tidak lepas dari sejarah perkembangan bahasa itu sendiri. Prof. Dr. Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul "Komposisi". Menguraikan fungsi bahasa menjadi empat fungsi, yaitu :

a) Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Ini merupakan fungsi bahasa yang utama. Manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan segala perasaan dan pikiran kepada manusia lain.


b) Bahasa Sebagai Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri

Bahasa membantu manusia menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam benak setiap manusia, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan "keberadaan" manusia itu sendiri (eksistensisme diri). Hal-hal yang mendorong ekspresi diri antara lain adalah agar menarik perhatian orang lain terhadap kita dan keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

c) Bahasa Sebagai Alat untuk Mengadakan Integrasi dan Adaptasi  Sosial
                         
Ingat bahwa bahasa merupakan bagian dari kebudayaan sehingga bahasa juga mengambil peran dalam perkembangan kebudayaan manusia. melalui bahasa, manusia perlahan-lahan belajar untuk semakin mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku, dan tata krama yang berlaku dalam masyarakatnya. Manusia berusaha menyesuaikan dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Sebagai ilustrasi sederhana, seorang pendatang baru dalam sebuah masyarakat tertentu tentu berusaha menyesuaikan dirinya terhadap masyarakatnya supaya mudah dan cepat diterima dan bergaul dengan lingkungan barunya.

d) Bahasa Sebagai Alat untuk Kontrol Sosial

kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak-tanduk orang lain.Lalu apa hubunganny dengan bahasa? Bahasa mempunyai relasi dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat. Proses sosialisasi itu dapat terwujud dalam beberapa hal sebagai berikut: pertama keahlian bicara. kedua, bahasa merupakan saluran yang utama di mana kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh. Ketiga, Bahasa melukiskan dan menjelaskan peranan yang dilakukan si anak untuk mengidentifikasi dirinya supaya dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan. Keempat, bahasa menanamkan rasa keterlibatan pada si anak tentang masyarakat bahasanya.

2)                              Hakikat Masyarakat

Menurut Paul B. Horton & Hunt (dalam artikelnya di http://lidahtinta.wordpress.com) berpendapat bahwa masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia.

Unsur-unsur masyarakat antara lain :
1. Kumpulan orang
2. Sudah terbentuk dengan lama
3. Sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri
4. Memiliki kepercayaan(nilai), siap dan perilaku yang dimiliki bersama
5. Adanya kesinambungan dan dan pertahanan diri
6. Memiliki kebudayaan

                Hakikat Budaya

Menurut Mastsumoto (2000 : 24) budaya adalah sebuah aturan yang dinamis, eksplisit dan implicit yang dibangun oleh kelompok-kelompok untuk menjamin kelangsungan hidup mereka. Matsumoto menyertakan penjelasan konsep-konsep penting yang melekat pada definisi tersebut.
·         Dinamis
·         System aturan
·         Kelompok dan unit
·         Kelangsungan hidup
·         Sikap, nilai, keyakinan, norma dan perilaku
·         Dianut bersama sebuah kelompok
·         Dijaga secara berbeda oleh setiap unit khusus
·         Dikomunikasikan lintas generasi, relative stabil
·         Berpotensi berubah seiring dengan berjalannya waktu


 B.    Hubungan Masyarakat, Budaya dan Bahasa

Bahasa sebagai hasil budaya atau kultur mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya Selain itu, faktor budaya juga berhubungan dengan bahasa. Peranan bahasa dalam dalam hal ini sangatlah besar. Hampir semua kegiatan manusia memerlukan bantuan bahasa. baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan khusus seperti kesenian, ilmu pasti dan pendidikan, Berikut bagan hubungan masyarkat, budaya dan bahasa.


Bagan 1
Hubungan Masyarakat, Budaya dan Bahasa




 









Komunikasi
 






Keterangan :

1.    Masyarakat menggunakan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, secara tidak langsung pastilah masyarakat (individu) berinteraksi dengan sesama (penutur dan petutur). Hasil dari interaksi tersebut menghasilkan perilaku yang akhirnya menjadi sebuah kebiasaan atau budaya

2.    Masyarakat melakukan proses berpikir. Hasil dari berpikir menghasilkan pemikiran. Budaya di sini dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari proses berpikir individu / masyarakat.

3.    Bahasa dan pikiran memiliki hubungan timbal-balik dapat dipahami bahwa pikiran di sini dimaksudkan sebagai sebuah perwujudan kebudayaan.


C.    MASYARAKAT, BUDAYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

Masyarakat, budaya dan bahasa adalah hal yang tidak dapat terpisahkan. Ketika kita mempelajari bahasa suatu daerah pastilah kita bersingungan juga dengan masyarakat sebagai pemakainya dan secara tidak langsung, kita juga pasti akan bersinggungan dengan budaya masyarakat tersebut. Secara singkat masyarakat, budaya dalam pembelajaran bahasa dapat dilihat dalam bagan 2.


Bagan 2
Masyarakat, Budaya dalam Pembelajaran Bahasa













PEMBELAJARAN BAHASA
 


 









------ = hubungan tidak langsung

____ = hubungan langsung


Dari bagan di atas, terlihat jelas bahwa dalam mempelajari bahasa tidaklah mungkin dapat terlepas dari budaya dan masyarakat di mana bahasa tersebut digunakan. Bahasa dan budaya seolah tak pernah dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, terutama dalam dunia pendikan (pembelajaran) bahasa itu sendiri.
Dewasa ini dalam pembelajaran bahasa, kemampuan berbicara fasih menyerupai penutur asli (masyarakat) bukan lagi menjadi hal yang paling utama. Pemahaman terhadap budaya dari bahasa yang dipelajari terbukti berperan penting dalam menentukan keberhasilan penyampaian pesan dan terjalinnya komunikasi yang lancar antara si penutur dan lawan bicaranya. Kemampuan ini sering disebut sebagai intercultural competence.




Moran (dalam artikel di http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) dalam pandangan yang serupa juga memberikan penekanan pada keterlibatan pembelajar dalam mempelajari budaya. “Pengalaman budaya” digarisbawahi sebagai kunci belajar budaya.

Moran (2001) kemudian mengajukan sebuah kerangka pengembangan intercultural competence. yang dinamai “cultural knowings” yang terdiri dari empat interaksi pembelajaran yang saling berkaitan, yakni  

1)    “knowing about”,
2)    “knowing how”,
3)    “knowing why”, and
4)    “knowing oneself”.

Dia pun kemudian mengembangkan sebuah model berupa siklus yang terdiri dari

1)    “participation,
2)    “description”,
3)    “interpretation”, and
4)    “reflection”.

Melalui integrasi kerangka dan model yang dikembangkan ini, bahasa dalam kaitannya dengan belajar budaya dijabarkan melalui empat fungsi utama, yakni

1)     bahasa untuk berpartisipasi dalam budaya,
2)     bahasa untuk mendeskripsikan budaya,
3)     bahasa untuk menafsirkan budaya, dan
4)     bahasa untuk merespon terhadap budaya yang dipelajari tersebut.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran bahasa beserta pemahaman akan budayanya akan membantu dalam keberhasilan pembelajaran bahasa tertentu. Model pembelajaran ini telah banyak mengubah paradigma para pengajar dan hal ini tentunya memberikan tantangan baru kepada para pengajar bahasa untuk dapat merancang dan mengaplikasikan pembelajaran yang efektif dalam kelas. Pertimbangan yang cermat harus dilakukan pada saat menentukan aspek budaya apa yang akan diajarkan, dengan menggunakan materi apa, melalui input linguistik apa, dan bagaimana penerapannya dalam kelas. Hasil belajar yang ingin dicapai pun haruslah dinyatakan dengan jelas dan terukur




D.    FENOMENA BAHASA DAN BUDAYA, SERTA HABIT YANG MEMBUDAYA DI TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR

Dalam analisis semantik, Abdul Chaer mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Umpamanya Kata “Kamu” dan “Kau” misalnya, diucapkan berbeda dalam konteks budaya berbeda.
Kota Tarakan yang multietnik dan berada di daerah kepulauan cenderung menggunakan kata yang tingkat kesopanannya rendah. Misalnya - kata kau banyak dipakai untuk menyatakan kata ganti orang kedua. Jika dianalisis dari unsur kesopanan kata kau dirasa lebih kasar daripada kata kamu. Pilihan kata ini dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya adalah faktor lingkungan atau posisi kota Tarakan yang berada di daerah kepulauan dengan suhu udara yang relatif panas.
  Kasus lain (habit) yang sudah membudaya, pemakaian kata ganti orang ketiga (dia) selalu diikuti kata “orang” di belakangnya, contoh: Dia orang akan ikut kami nanti malam. Jika dianalisis, dalam pemilhan kata, hal tersebut ada unsur kemubaziran atau ketidakefektivitasan; sudah jelas pemakaian dia pasti menujuk pada orang sehingga tidak perlu diikuti kata orang dibelakangnya. Dari sudut pandang EyD bahasa Indonesia, kata tersebut cukup ditulis dengan kata “dia” saja, tanpa penambahan kata orang di belakangnya.
Mengapa ini bias terjadi? semua ini bisa terjadi karena bahasa itu adalah produk budaya serta bisa juga habit yang membudaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.



III.    KESIMPULAN
Masyarakat, bahasa dan budaya adalah tiga hal yang tidak bisa terpisahkan. Ketika mempelajari bahasa sudah dipastikan juga akan bersinggungan dengan masyarakat dan budaya masyarakat tersebut. Kaitannya dengan pembelajaran bahasa, sangat penting pembelajar mempelajari budaya demi kelancaran dan keberhasilan penyampaian pesan dan terjalinnya komunikasi yang lancar antara si penutur dan lawan bicaranya.

Pengajar bahasa direkomendasikan untuk dapat merancang dan mengaplikasikan pembelajaran yang efektif dalam kelas. Pertimbangan yang cermat harus dilakukan pada saat menentukan aspek budaya apa yang akan diajarkan, dengan menggunakan materi apa, melalui input linguistik apa, dan bagaimana penerapannya dalam kelas. Hasil belajar yang ingin dicapai pun haruslah dinyatakan dengan jelas dan terukur






DAFTAR PUSTAKA

.Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Linguistik Suatu Pengantar.               Bandung:Angkasa
Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.Jakarta:Person Education

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Keraf, gorys. 2011. Komposisi.  Semarang: Bina Putera





Tidak ada komentar:

Posting Komentar