SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Rabu, 25 Januari 2012


TEORI HERMENEUTIKA DAN APLIKASINYA DALAM KAJIAN SASTRA/SENI

I.                   PENDAHULUAN
            Hermeneutika sebagai sebuah seni interpretasi muncul sebagai sesuatu yang menarik dalam bidang filsafat. Filsafat dimulai dengan rasa heran, ingin tahu, bertanya tentang apa saja dan terutama sekali  spekulasi tentang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan (apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan bagaimana) tersebut. “Spekulasi”, bila digunakan secara filosofis, berarti menentukan ‘subjek’ atau gagasan dan merenungkannya seacara mendasar. Berpikir secara filosofis berarti berpikir dengan memerlukan kesungguhan dan sistematis. Mengingat berpikir filosofis mengandung aspek kesungguhan dan sistematisasi, maka di dalam berpikir filosopis terdapat satu aspek lagi, yaitu analisis.
            Di dalam berfilsafat, tidaklah cukup sekadar mempertanyakan tentang alam semesta dan kemudian berspekulasi tentang jawaban-jawabannya, akan tetapi juga harus mempertanyakan tentang pertanyaan-pertanyaan itu sendiri dan jawaban-jawabannya kemudian menganalisis melalui penalaran logika semua pertanyaan dan jawaban yang diperoleh. Analisis memuat antara lain: mengajukan pertanyaan, menjawab, berkeyakinan atau  pun berteori, untuk kemudian menyelediki semua itu, menguraikannya ke dalam bagian-bagian dengan menggunakan data-data fisik yang dapat membantu, dengan menggunakan bentuk penalaran logika.
Hermeneutika berasal dari kata hermeneuein (menafsirkan) dan kata hermeneunia (penafsiran; interpretasi). Kata ini selalu diasosiasikan dengan dewa Hermes yang bertugas menyampaikan pesan-pesan dari dewa Olympus ke dalam bahasa yang dapat dimengerti manusia. Dapatlah difahami betapa penting fungsi Hermes, sebab jika terjdi kesalahpahaman tentang pesan dewa-dewa, akibatnya fatal bagi umat manusia. Hermes harus mampu menginterpretasikan atau menyadur sebuah pesan ke dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendengarnya.
 Maka sejak saat itu Hermes menjadi simbol seorang duta yang dibebani oleh sebuah misi tertentu; yang pada akhirnya hermeneutika diartikan dengan "proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti" (Richard E. Palmer dalam E. Sumaryono1999: 24)

PEMBAHASAN
2.1 Tokoh dan Konsep Hermeneutika
1.      Fridrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768 - 1834)
Lahir di Breslau, 21 November 1768. Menggunakan bidang hermeunetik dalam diskusi-diskusi tentang fisafat dan teologi. Baginya hermeunetik adalah sebuah teori tentang penjabaran dan interpretasi teks-teks mengenai konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma. Schleiermacher menerapkan metode-metode philology untuk membahas tulisan –tulisan biblis (tentang kitab suci Bible) dan menerapkan hermeunetik teologis untuk teks-teks yang tidak berhubungan dengan Injil (Bible). Penerapan metode philologi tersebut dimaksudkan untuk mencapai pemahaman yang tepat atas makna teks. Schleirmacher meninggal pada 12 Februari 1834 karena radang paru-paru.

2.      Wilhem Dilthey (1833 – 1911)
Lahir Di Biebrich, 19 November 1833. Ia berpendapat bahwa definisi-definisi fisafat adalah dokumen sejarah yang dapat memberikan informasi tentang situasi kejiwaan suatu zaman. Tujuan seluruh pemikiran Dilthey tentang hermeneutika adalah mengembangkan metode menganalisis ekspresi kehidupan batin yang secara objektif sah. Titik tolak dan akhirnya adalah pengalaman konkret. Dilthey menerangkan hidup, estensi manusia, dengan pertolongan konsepsi-konsepsi ilmu alam adalah tidak benar. Ilmu alam memisah-misahkan unsur-unsur, sedangkan hidup yang berupa kenyataan historal-sosial tidak dipisahkan ke dalam unsur-unsur. Hidup tidak dapat diterangkan tetapi dapat dipahami. Dilthey meninggal dunia pada 30 September 1911 karena penyakit nervous orgin dan insomnia.




3.      Hans Georg Gadamer (1900 -      )
Lahir di Marburg tahun 1900. Menurutnya hermeneutik lebih merupakan usaha memahami dan menginterpretasi sebuah teks. Hermeneutik merupakan bagian dari keseluruhan pengalaman mengenai dunia. Hermeneutik berhubungan dengan suatu teknik tertentu dan berusaha kesusunan tata bahasa, aspek kata-kata retorik, dan aspek dialektit.

4.      Jurgen Habermas  (1929 -           )
Lahir di Gummersbach 1929. “Memahami “ dalam uraian Habermas pada dasarnya membutuhkan dialog, sebab proses memahami adalah proses “kerja sama” dimana pesertanya saling menghubungkan diri satu dengan yang lainnya secara serentak di dunia kehidupan yang mempunyai tiga aspek, yaitu: dunia objektif, dunia sosial, dan dunia subjektif. Pendekatan hermeneutik mengandaikan adanya aturan – aturan linguistik transcendental pada tingkatan komunikatif, sebab akal pikiran atau penalaran sifatnya melebihi bahasa. Pemahaman hermeneutik mempunyai tiga momentum, yaitu: pengetahuan praktis yang reflektif yang mengarah kepada pengetahuan tentang diri sendiri, memerlukan penghayatan dan bila dihubungkan dengan kerja akan membawa kepada tindakan nyata, dan hermeneutik bersifat global yaitu mengandaikan adanya tujuan khusus dan pemahaman ini dapat ditentukan secara independen atau bebas dengan maksud untuk mencapai perealisasiannya.

5.      Paul Ricoeur ( 1913 -          )
Lahir di Valence, Prancis Selatan pada tahun 1913. Ricoer menegaskan bahwa ”filsafat pada dasarnya adalah hermeneutik, yaitu kupasan tentang makna yang tersembuni dalam teks yang kelihatannya mengandung makna” (Ibid dalam E. Sumaryono 1999: 105) Setiap interpretasi  adalah usaha untuk “membongkar “ makna-makna yang masih yang masing terselubung atau usaha membuka lipatan-lipatan dari makna yang terkandung dalam makna kesusatraan. Ricoer juga mengatakan bahwa setiap kata adalah sebuah simbol. Kata-kata penuh dengan makna dan intensi yang tersembunyi dan karenanya  hermeneutika bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang  belum diketahui dan terembunyi di  dalam simbol-simbol tersebut.
( Montefiore dalam E. Sumaryono 1999: 105)  Menurut Ricoer penafsiran sesuai dengan pemahaman pembaca. Hal yang diformalisasikan dalam teori ini adalah pembaca, artinya pembaca dibolehkan menafsirkan secara bebas. Konsekuensi logis memungkinkan dan memang mungkin adanya multi tafsir.

6.      Jacques Derrida (1930 -      )
Lahir di Aljazair 1930. Menurut Derrida keseluruhan tentang hermeneutik cenderung berhubungan dengan pengertian tentang ‘yang menerangkan’ dan ‘yang diterangkan’ menurut kerangka waktu pengarang teks atau pembacanya. Jadi dalam hal ini, interpreter harus dapat menerapkan pesan teks ke dalam kerangka waktunya sendiri. Istilah ‘kelayakan’ dipergunakan untuk menggambarkan cara pembaca atau kritik menghayati pandangan dunia si pengarang.

2.2  Penerapan Metode Hermeneutika pada Syair Lagu ‘Untuk Kita Renungkan’
Karya Ebeit G. Ade

Dalam mencoba menerapkan metode hermeneutika terhadap syair lagu Untuk Kita Renungkan karya Ebeit G. Ade tersebut saya memakai metode hermeneutika Ricoeur. Menurut Ricoeur (2006: 58-59), tempat pertama yang didiami oleh hermeneutika adalah bahasa khususnya bahasa tulis. Hermeneutika Ricoeur memanfaatkan konsep teks. Untuk memahami  ciri bahasa natural yang cukup menakjubkan, sebuah ciri membutuhkan usaha interpretasi pada tingkat pembicaraan paling besar. Ciri yang dimaksud adalah polisemi yang merupakan ragam kata yang mempunyai makna lebih dari satu ketika dilihat di luar penggunaannya dalam sebuah konteks.
Ricoeur berpendapat bahwa kata-kata adalah simbol-simbol karena menggambarkan makna-makna yang sifatnya “tidak langsung, tidak begitu penting serta figuratif (berupa kiasan) dan hanya dapat dimengerti melalui simbol-simbol tersebut”. Jadi, simbol-simbol dan interpretasi merupakan konsep-konsep yang mempunyai pluralitas makna yang terkandung di dalam simbol-simbol atau kata-kata. Setiap kata adalah sebuah simbol. Oleh karenanya, maka kata-kata penuh dengan makna dan intensi yang tersembunyi sehingga Ricoeur menyatakan bahwa hermeneutik bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi  di dalam simbol-simbol tersebut.( Montefiore dalam E. Sumaryono, 199;105)
Sebuah teks pada dasarnya bersifat otonom untuk melepaskan diri dari cakrawala intensi yang terbatas dari pengarangnya (dekontekstualisasi). Teks tersebut membuka diri terhadap kemungkinan dibaca secara luas, di mana pembacanya berbeda-beda (rekontekstualisasi) (Sumaryono, 1999:108-109).
Hermeneutika Ricoeur  adalah suatu jenis pembacaan yang merespon otonomi teks dengan menggambarkan secara bersama elemen-elemen pemahaman dan penjelasan serta menggabungkannya dalam satu proses interpretasi yang kompleks. Sebuah teks harus dikonstruk dan ditafsirkan sebagai satu keseluruhan yang mengakui karakternya sebagai satu totalitas struktur yang tidak dapat direduksi ke dalam kalimat-kalimat yang menyusunnya. Sebagai satu kontruksi, hermeneutika Ricoeur membutuhkan satu dugaan dan yang satu memperkirakan yang lainnya. Hal ini disebabkan teks mengandung pluralitas makna yang inhern yang memungkinkan ditafsirkan dengan berbagai macam cara. Hal ini menandakan bahwa interpretasi merupakan proses yang terbuka, tetapi tidak berarti sewenang-wenang dan berubah-ubah. Dalam melakukan penafsiran yang mendalam . Penafsir memasuki dunia teks mengikuti gerak pemahaman ke makna lain (referensial), dari struktur internal ke dunia yang diproyeksikan.
Cara kerja hermeneutika Ricoeur adalah sebagai berikut:
1.      Langkah simbolik atau pemahaman dari simbol ke simbol
2.      Pemberian makna oleh simbol serta penggalian yang cermat atas makna
3.      Langkah  filosofis yakni berpikir dengan menggunakan simbol sebagai titik tolaknya.





 Menafsirkan Syair Lagu ‘Untuk Kita Renungkan’ karya Ebeit G. Ade melalui kajian hermeneutika Ricoeur adalah sebagai berikut:

a.      Syair/teks lagu ‘Untuk Kita Renungkan’

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Oh…ho…ho…
Singkirkan debu yang masih melekat

Anugrah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Oh…ho…ho…
Adalah Dia di atas segalanya.

Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman hanya satu isyarat
bahwa kita harus banyak berbenah

memang bila kita kaji lebih jauh
dalam kekalutan, masih banyak tangan
yang tega berbuat nista
Oh…ho…ho…
Tuhan pasti memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Ke manakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepada-Nya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari hanya tunduk sujud pada-Nya

Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam dada ini
Berusahalah agar Dia tersenyum
Oh…ho…ho
Berusahalah agar Dia tersenyum

b.      Pemahaman dari simbol-simbol
Kata-kata / simbol yang terdapat pada larik-larik lagu Untuk Kita Renungkan  adalah: telanjang dan benar-benar bersih; tengoklah ke dalam; singkirkan debu yang masih melekat; cambuk kecil; Dia di atas segalanya; berbenah; banyak tangan; sembunyi; tunduk sujud; memerangi; bercermin; di dalam dada ini; tersenyum.

c.       Pemberian makna oleh simbol serta penggalian yang cermat atas makna.
1.      Telanjang dan benar-benar bersih  bermakna jujur pada diri sendiri, apa
adanya, tiada yang disembunyikan, tidak munafik.
2.      Tengoklah ke dalam bermakna berpikir panjang, jangan asal bicara, berhati-
hati dalam membuat pernyataan.
3.      Singkirkan debu yang masih melekat mengandung makna memperbaiki kesalahan atau kekurangan diri, menjadikan diri lebih baik dengan meninggalkan hal yang tidak baik.
4.      Cambuk kecil bermakna bencana yang mestinya menjadi peringatan bagi manusia, berbenah berarti memperbaiki, banyak tangan maksudnya adalah banyak manusia.
5.      Dia di atas segalanya bermakna mengusai atas segala sesuatu; dapat berbuat apapun tanpa pertolongan siapa pun.
6.      Sembunyi bermakna sikap manusia yang ingin lepas dari kesalahan.
7.      Tunduk sujud mengandung makna taat dan patuh terhadap ajaran Tuhan.
8.      Memerangi adalah simbol melawan terhadap godaan setan.
9.      Bercermin bermakna mengingatkan diri, sadar, introfeksi diri.
10.  Di dalam dada ini bermakna keimanan, percaya, keyakinan, sangat dekat
11.  Tersenyum mengandung maksud senang.

Larik 1
Semestinya kita jujur pada diri sendiri, apa adanya, tiada yang disembunyikan, tidak munafik seperti layaknya seorang bayi dilahirkan. Masih dalam keadaan suci, belum terpapar oleh dusta dan berbagai sifat tidak terpuji lainya. Kita semestinya tidaklah asal bicara. Berlaku bagai orang suci, tiada kesalahan. Pikirkan baik-baik sebelum berkata, berhati-hati dalam membuat pernyataan. Jangan lain diucapkan, lain di hati, berbeda pula dengan tingkah laku. Semestinya apa yang kita katakan haruslah sesuai dengan tindakan, konsisten, berusaha semaksimal mungkin menjadikan diri menjadi manusia yang lebih baik dengan meninggalkan segala hal yang merugikan orang lain maupun diri sendiri. Taat dan patuh terhadap perintah Tuhan.

Larik 2
Anugerah dan bencana adalah hak mutlak Tuhan. Segala yang terjadi haruslah diterima dengan tabah. Segala kenikmatan dan kesenangan hidup sering membuat manusia lupa, tidak pandai bersyukur, menganggap semua kenikmatan yang kita peroleh melulu karena kehebatan dan kemampuan dirinya, bukan karena Tuhan. Padahal segala yang ada didunia adalah milik Tuhan, kuasa Tuhan. Segala yang manusia miliki  adalah karena kasih Tuhan. Namun tidak jarang manusia menjadi sombong, egois, dan tamak. Maka, kita sering dingatkan melalui berbagai cobaan dan bencana yang sebenarnya adalah media Tuhan untuk menegur atas segala penyimpangan yang kita buat untuk segera kembali pada ajaran Tuhan. Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.


Larik 3 dan 4
Ketika bencana melanda, maka semua merasakan dampaknya, tidak terkecuali mereka yang tidak berdosa. Harta benda bahkan nyawapun menjadi binasa. Namun, dalam keadaan yang sangat menderita itu, tetap saja ada manusia yang masih tega berbuat curang, menambah penderitaan orang lain. Tetapi Tuhan Maha Melihat. Ia pasti akan membalas segala perbuatan manusia, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Manusia tidak akan bisa kabur dari hukum Tuhan. Tinggal menunggu waktu. Maka sebaiknya bersegeralah bertobat.

Larik 4
Hidup memang penuh godaan. Kita harus berusaha sekeras mungkin untuk melawan godaan tersebut. Sesungguhnya Tuhan itu sangat dekat. Tuhan ada pada setiap jiwa manusia. Tuhan selalu ada dalam setiap langkah manusia. Manusia senantiasa dalam pengawasan Tuhan. Sebaiknyalah manusia hidup dalam tuntunan Tuhan agar Tuhan dengan senang hati dan senantiasa mencurahkan rahmad-Nya kepada kita.

d.      Langkah filosofis, berpikir dengan menggunakan simbol sebagai titik tolaknya.

Kita diingatkan akan  kata dan perbuatan. Jangan hanya mengumbar janji yang tidak pernah ditepati. Selalu jujur dan tidak berbohong atas apa yang sebenarnya terjadi. Kata serta perbuatan kita seharusnya menjadi cerminan hati yang bersih dari dosa.
Tuhan memberi tanda-tanda berupa anugerah dan bencana. Tuhan memberikan musibah  karena perbuatan  manusia. Sebagai contoh akibat dari kelalaian manusia untuk menjaga alam, hutan yang digunduli atau penambangan yang tidak terkendali karena semata keserakahan manusia. Namun Tuhan menurunkan bencana tidak semata untuk menghukum makhluk-Nya, tetapi lebih karena kasih dan sayang-Nya yang tak terhingga, agar manusia segera sadar akan akibat perbuatan buruknya, seraya minta ampun, segera melakukan perbaikan serta tabah menjalani cobaan-Nya.
Tuhan juga memberikan isyarat-Nya dalam bentuk anugerah agar manusia selalu bersyukur atas nikmat-Nya yang berlimpah. Sebagai contoh apabila hutan dilestarikan, banyak hewan dan tumbuhan terproteksi, banjir dan erosi tanah longsor dapat dicegah. Manusia wajib mensyukuri itu semua. Semua itu adalah kehendak Tuhan agar manusia  sadar akan semua perbuatannya, perbuatan baik dan terutama sekali perbuatan  buruk. Tuhan dapat berbuat apa saja untuk membalasnya.
Tuhan Maha tahu bahwa ada saja diantara umatnya yang tetap ingkar, mementingkan dirinya sendiri, mengambil untung atas penderitaan dan musibah orang lain. Tetapi Tuhan tidak pernah tidur. Dia tahu semua perbuatan hamba-Nya dan akan membalas-Nya sesuai dengan perbuatannya.
Kita juga diingatkan bahwa usaha yang sungguh harus ada untuk melakukan intropeksi. Berani memerangi nafsu buruk yang ada pada diri. Selalu ingat bahwa Tuhan ada didekat hambanya, selalu mengawasi hambanya dan juga selalu siap sedia untuk dimintai pertolongan. Tuhan akan dekat kepada hamba-Nya yang juga dekat kepada-Nya.


II.                KESIMPULAN
Dalam sastra dan filsafat, hermeneutika disejajarkan dengan interpretasi. Secara etimologis, hermeneutika (Yunani) berarti menafsirkan/menginterpretasikan. Ditinjau dari segi mitologis hermeneutika berasal dari nama dewa Yunani, ‘Hermes’ yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi kepada manusia dengan media bahasa lisan maupun tulisan.
Metode hermeneutika berfungsi untuk memahami. Hermeneutika dianggap tepat untuk memahami karya sastra dengan pertimbangan diantara karya tulis, yang paling dekat dengan agama adalah karya sastra. Pada tahap tertentu teks agama sama dengan karya sastra. Perbedaannya, agama merupakan kebenaran keyakinan, sastra merupakan kebenaran imjinasi. Agama dan sastra adalah bahasa, baik lisan maupun tulisan. Asal mula agama adalah firman Tuhan, asal mula karya sastra adalah kata-kata pengarang. Baik sebagai hasil ciptaan subjek Illahi maupun subjek kreator, agama dan sastra perlu ditafsirkan mengingat kedua genre tersebut terdiri atas bahasa. Dilain pihak antara keyakinan dan imajinasi tidak bisa di buktikan, melainkan harus ditafsirkan.
Menurut Ricoeur (2006: 58-59), tempat pertama yang didiami oleh hermeneutika adalah bahasa khususnya bahasa tulis. Hermeneutika Ricoeur memanfaatkan konsep teks. Salah satu hal yang terpenting dalam sebuah musik adalah lirik lagunya, karena lirik lagu dalam musik menjadi media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial. Lirik lagu dapat sebagai sarana untuk sosialisasi karena mengandung informasi/pesan, dan dapat pula sebagai pelestarian terhadap nilai-nilai atau sikap.
Lirik lagu “ Untuk Kita Renungkan” karya Ebiet G. Ade mengingatkan kita untuk benar-benar merenungkan dan menginstropeksikan diri atas dosa yang kita perbuat dalam kehidupan sehari-hari. Musibah serta bencana yang terjadi di dunia ini tidak lain untuk membuat kita sadar bahwa sudah banyak kesalahan yang telah kita perbuat. Tuhan menginginkan kita agar sadar dan bertaubat, kembali ke jalan yang benar, dan hidup menjadi lebih baik dan benar. Tuhan  ingin manusia menjalankan setiap perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. Tuhan di atas segalanya.



             



















DAFTAR PUSTAKA

Sumaryono, E.1999. Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat.Yogyakarta: Kanisus.

Rafiek, M.2010. Teori Sastra Kajian Teori dan Praktik.Bandung: Refika Aditama.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar