Variabel Penelitian dan Rumusan Masalah
Oleh: Rizal Effendy Panga, Mustaming, Widarminto, Mispamarti
Pendahuluan
Setiap penelitian dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. Konsep penelitian adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti. Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda. Ada dua desain yang perlu diperhatikan dalam membangun konsep, yaitu generalisasi dan abstraksi. Generalisasi adalah proses bagaimana memperoleh prinsip dari berbagai pengalaman yang berasal dari literatur dan empiris. Abstraksi mencakup ciri-ciri umum yang khas dari fenomena yang dibicarakan itu.
Pada umumnya konsep dalam pengertian sehari-hari digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan, tetapi dalam penertian ilmiah, konsep harus memiliki kriteria yang tepat dalam menjelaskan variabel penelitian. Dalam mendesain konsep penelitian, peneliti harus mendesain interaksi antarvariabel-variabel penelitiannya. Selain membuat konsep interaksi variabel-variabel penelitian, maka perlu sebuah variabel didesain menurut apa yang diinginkan oleh peneliti dalam penelitian. Peneliti juga harus mendesain konsep penelitian dan konsep operasional atau definisi operasionalnya terhadap konsep penelitiannya. Konseptualisasi dalam penelitian kuantitatif hanya dapat dilakukan setelah peneliti membaca teori yang akan digunakan dalam penelitian, baik grand theory, middle theory, atau application theory. Konsep penelitian dilahirkan dari teori yang digunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dan teori yang telah menghasilkan konsep penelitian itu akan mengarahkan peneliti kepada metode yang digunakan untuk menguji data yang diperoleh di lapangan (Bungin, 2011:67-69)
Variabel Penelitian
Kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable yang berarti faktor tidak tetap atau berubah-berubah. Namun, dalam bahasa Indonesia variabel memiliki pengertian bervariasi. Dengan demikian, variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu, dan standar. Variabel juga bisa berarti sebuah fenomena (yang berubah-ubah).
Penjelasan-penjelasan mengenai variabel sangat bervariasi sebagaimana bervariasinya variabel itu sendiri. Variabel juga beragam menyerupai sifatnya. Secara kongkret, variabel adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional yang acuan-acuannya lebih nyata. Variabel adalah konsep tingkat rendah yang acuan-acuannya relative mudah diidentifikasi dan diobservasi serta mudah diklasifikasikan, diurut, dan diukur. Agar variabel dapat diukur, maka variabel harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel. Oleh karena itu, variabel harus dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya (Bungin, 2011:70).
Variabel dapat dikelompokkan menurut empat bentuk pengukuran sebagai berikut: variabel nominal, variabel ordional, variabel internal, dan variabel ratio. Variabel nominal adalah variabel yang ditetapkan berdasarkan atas penggolongan, bersifat diskrit (bijaksana), saling pilih (mutually exclusive) antara ketegori satu dengan yang lain, dan bersifat symbol saja. Variabel ordional adalah variabel yang dibentuk berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu. Variabel interval adalah variabel yang dibangun dari pengukuran dengan asumsi terdapat satuan pengukuran yang sama. Variabel Ratio adalah variabel yang memiliki permulaan angka 0 mutlak (Bungin, 2011:72).
Selain pengukuran variabel di atas, secara lebih sederhana variabel dibedakan dalam ragamnya yang bentuknya berbeda, yaitu independent variable (variabel bebas), dependent variable (variabel tergantung), intervening variable (variabel penyela), dan Variabel lain yang mengikuti. Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari pengaruh variabel tergantung. Namun, variabel bebas tidak selamanya memengaruhi variabel tergantung. Perubahan variabel tergantung tidak semata-mata disebabkan variabel bebas, tetapi ada faktor lain yang disebut variabel penyela. Variabel penyela berada di antara variabel bebas dan variabel tergantung dalam suatu hubungan sebab akibat. Variabel penyela dapat memengaruhi variabel tergantung, namun berasal dari suatu fenomena yang berada di luar atau melalui variabel bebas. Variabel penyela dipertimbangkan dalam analisis, terutama kalau kehadiran variabel ini sudah di desain dalam desain penelitian atau desain analisis. Pada penelitian tertentu justru variabel penyela inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel tergantung melalui penemuan hubungan sebab akibat yang sempurna.
Dalam penelitian kebijakan, variabel penyela dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu variabel-variabel implementasi (variabel-variabel yang ikut memengaruhi implementasi) dan variabel menjembatani. Variabel-variabel implementasi adalah kondisi-kondisi yang ikut memengaruhi ketika sebuah kebijakan dilaksanakan. Kondisi ini sudah diperkirakan, dan ikut memengaruhi permulaan kebijakan, tetapi kemudian punya pengaruh terhadap efek-efek akhir dari suatu program. Variabel menjembatani adalah variabel alat untuk mencapai variabel tergantung (dependent variable) atau tujuan kebijakan. Ada perbedaan dari kedua variabel di atas, variabel implementasi memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk dimanipulasi, sedangkan variabel menjembatani tidak banyak memiliki kemungkinan untuk dimanipulasi (Bungin, 2011:72-75).
Variabel lain dalam penelitian kebijakan publik disebut variabel yang mengikuti variabel utama atau komposit variabel. Variabel ini dianalisis sebagai bagian dari variabel utama, bisa juga dianalisis tersendiri. Pada penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statistik, mengukur variabel dalam jumlah yang banyak bukan lagi persoalan karena bisa saja semua variabel itu dianalisis sekaligus baik variabel bebas, variabel tergantung, variabel penyela, maupun variabel yang mengikuti.
Dalam pembicaraan hubungan yang lebih luas dari keempat rumpun variabel tersebut akan muncul pembicaraan mengenai variabel-variabel lain yang sukar dikelompokkan dalam rumpun tertentu. Variabel-variabel itu adalah variabel kontrol dan variabel efek samping atau efek sekunder. Pertama, Variabel kontrol bertugas memberikan penjelasan alternatif pengaruh terhadap variabel tergantung karena variabel kontrol sebagai alternatif terhadap variabel tergantung. Variabel kontrol biasa disebut variabel tandingan dari variabel tergantung.
Dalam penelitian kebijakan publik, variabel kontrol dibagi menjadi dua macam, yaitu variabel-variabel pembantu dan variabel-variabel kendala. Variabel pembantu mengacu kepada tindakan membantu yang berkemungkinan dipakai guna meningkatkan nilai tambah efektivitas dari kebijakan atau program yang dilaksanakan. Variabel kontrol yang kedua, yaitu variabel kendala. Variabel ini bermaksud sebagai variabel rintangan atau penghalang terhadap kebijakan publik yang diprogramkan karena faktor situasi. Variabel kendala dari segi isinya dipisahkan menjadi variabel lingkungan dan variabel karakteristik sasaran kebijakan. Kedua, variabel efek samping sebagai akibat dari kebijakan. Variabel dalam penelitian kebijakan disebut sebagai variabel akibat laten, tetapi dalam pembahasan ini cenderung disebut variabel akibat sampingan. Variabel akibat sampingan dapat berbentuk hal-hal yang dapat diperkirakan dan hal-hal yang tidak dapat diperkirakan. (Bungin, 2011:77)
Dalam penelitian kuantitatif, bentuk-bentuk hubungan antara variabel tidak saja dipertimbangkan dalam analisis, tetapi merupakan hal yang pokok dalam penelitian kuantitatif. Pada umumnya, penelitian kuantitatif bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel-variabel tersebut, kemudian hubungan-hubungan itu diuji satu sama lain. Variabel dilihat bukan pada keberadaannya saja, tetapi bagaimana hubungan-hubungan itu dijalin dan kemudian mewarnai variabel tergantung.
Ada tiga tipe hubungan antara variabel, yaitu: hubungan simetris, hubungan timbal balik, dan hubungan asimetris. Suatu variabel bisa dikatakan memiliki hubungan simetris, apabila perubahan variabel tersebut tidak disebabkan oleh variabel lain. Ada empat kelompok hubungan simetris yang bisa dijelaskan sebagai berikut, yaitu kedua variabel merupakan indikator yang sama, kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama, kedua variabel berkaitan secara fungsional, dan kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata (Bungin, 2010:78).
Hubungan antar variabel yang kedua, yaitu hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik antar variabel-variabel penelitian berbeda dengan hubungan sebab akibat (kausalitas). Hubungan timbal balik adalah suatu variabel dapat menjadi sebab dan dapat menjadi akibat dan bukan perubahan variabel tertentu yang diakibatkan oleh variabel lain. Hubungan yang ketiga, hubungan asimetris. Hubungan asimetris ini mendeskripsikan bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel yang lain. Hubungan asimetris terdiri dari enam tipe, yaitu: hubungan antara stimulus dan respons, hubungan antara disposisi dan respons, hubungan antara cirri individu dan disposisi, hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu, hubungan yang imanen antara dua variabel, dan hubungan antara variabel tujuan dan variabel cara.
Penelitian yang menguji hubungan bevariat, hanya terdapat dua variabel pokok yaitu, variabel bebas dan variabel tergantung dimana variabel bebas memengaruhi variabel tergantung. Sedangkan pada penelitian yang menguji hubungan multivariate walaupun masih tetap terdiri dari dua variabel, tetapi variabel bebas terdiri dari sub-subvariabel yang lebih kecil lagi.
Pada penelitian yang menggunakan analisis hubungan multivariat yang lain, variabel dapat diketegorikan menjadi tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol. Munculnya variabel kontrol di sini karena dilakukan spembatasan kategori variabel bebas. Kategori disusun dengan asumsi yang lebih kuat mengenai bebas yang amat berpengaruh terhadap variabel tergantung. Sub-subvariabel bebas dikelompokkan dalam variabel kontrol. Keberadaan variabel kontrol dalam analisis bebas dikelompokkan dalam variabel multivariat, sebagai perbandingan terhadap variabel bebas,yaitu manakala data menolak intervensi variabel bebas dalam analisis multivariat sebagai variabel yang mempengaruhi variabel tergantung, maka variabel kontrol itulah yang tampil sebagai alternatif berikutnya, sebagai variabel penyebab terjadi perubahan pada variabel tergantung (Bungin, 2010:82).
Variabel harus terukur, sehingga pengukuran sebuah variabel diperlukan. Pengukuran adalah suatu proses kuantifikasi atribut dari suatu materi atau objek sehingga diperoleh angka dengan menggunakan aturan tertentu. Proses pengukuran merupakan suatu proses deduktif. Peneliti berangkat dari suatu konstruksi, konsep, ide, kemudian menyusun perangkat ukur untuk mengamatinya secara empiris. Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran, yaitu konseptualisasi, penentuan variabel dan indikator, dan operasionalisasi. Konseptualisasi merupakan proses pemberian definisi teoretis atau definisi konseptual pada sebuah konsep. Operasionalisasi merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel (Prasetyo, 2008:90).
Di dalam melakukan suatu proses pengukuran, seorang peneliti juga harus mengetahui cara pengukuran suatu konsep atau yang disebut tingkat pengukuran. Tingkat pengukuran ini bergantung pada konseptualisasi suatu konsep. Tingkat pengukuran memengaruhi jenis indikator yang akan digunakan dan berkaitan dengan asumsi dasar dalam definisi konsep tersebut dan berkaitan dengan pengukuran dan statistik yang akan digunakan.
Rumusan Masalah
Topik dan masalah dalam penelitian kuantitatif sering dibedakan. Topik dipandang sebagai kerangka besar masalah, sedangkan masalah adalah bagian-bagian dalam topik itu. topik yang bagus akan melahirkan masalah yang bagus, dan masalah yang bagus akan menghasilkan judul-judul penelitian yang menarik (Bungin, 2010:61).
Dari suatu fenomena alam yang membuat kegundahan atau kegelisahan atau ketidakpuasan pada diri kita dan kita harus mencarikan solusi, inilah munculnya masalah. Dalam menentukan masalah penelitian dapat menggunakan beberapa ketentuan, sebagai berikut: berupa kalimat pernyataan (deklaratif); obyektif; menunjukkan dimensi tempat, waktu, dan kecenderungan (trends); keterangan dimensi subyek, lebih spesifik; dan spesifikasi (keunikan) masalah penelitian ini dari sesuatu yang sudah diketahui/ditemukan orang lain.
Topik penelitian mengacu pada penting atau gunanya penelitian, membuahkan sesuatu yang baru bagi ilmu pengetahuan, bermanfaat bagi masyarakat saat ini dan masa depan, dan aktual. Masalah dapat diteliti bila ada kesenjangan antara ide dan fakta, ada pertanyaan mengapa kesenjangan terjadi, ada dua jawaban yang mungkin dan jelas mengenai masalah yang diteliti.
Beberapa pertimbangan peneliti dalam menentukan apakah topik dan masalah penelitian tertentu dapat diangkat sebagai masalah yang harus diteliti atau tidak. Keputusan ini diambil melalui dua pertimbangan, yaitu pertimbangan objektif dan pertimbangan subjektif. Kedua pertimbangan ini harus dijawab dengan seksama untuk menghasilkan kualitas masalah yang layak diteliti.
Pertimbangan objektif adalah pertimbangan berdasarkan kondisi masalah itu sendiri, layak atau tidak layak suatu masalah diteliti yang didasarkan pada kualitas masalah dan dapatnya masalah dikonseptualisasikan. Suatu masalah dikatakan berkualitas jika memiliki: 1) nilai penemuan yang tinggi, 2) masalah tersebut adalah masalah yang saat ini sedang dirasakan oleh kebanyakan orang di suatu masyarakat, 3) bisa jadi penelitian terhadap suatu masalah bukan merupakan pengulangan terhadap penelitian sebelumnya, 3) masalah yang akan diteliti tersebut memiliki referensi teoretis yang jelas. Hal inilah pertimbangan objektif bahwa suatu masalah layak diteliti. Masalah penelitian dapat dikonseptualisasikan, apabila masalah tersebut dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1) apakah masalah itu memiliki batasan-batasan yang jelas, 2) bagaimana bobot dimensi operasional dari masalah itu, 3) apakah masalah penelitian itu dapat dihipotesiskan seandainya diuji nanti, 4) apakah masalah penelitian memiliki sumber data yang jelas seandainya diteliti, 5) apakah masalah itu dapat diukur sehingga dapat didesain alat ukur yang jelas, 6) apakah masalah itu member peluang peneliti menggunakan alat analisis statistik yang jelas apabila diuji nanti.
Penentuan masalah tidak hanya menggunakan pertimbagan objektif, namun juga harus didukung oleh pertimbangan subjektif. Pertimbangan sujektif adalah pertimbangan berkisar tentang kredibilitas peneliti (calon peneliti) tehadap apa yang akan ditelitinya. Berkenaan dengan hal ini, suatu masalah dipertanyakan: 1) apakah masalah itu benar-benar sesuai dengan minat peneliti atau tidak, 2) keahlian dan disiplin ilmu peneliti berkesesuaian dengan masalah tersebut atau tidak, 3) peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoretis yang memadai atau tidak mengenai masalah tersebut, 4) cukup banyak atau tidak hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang masalah tersebut, 5) apakah cukup waktu apabila penelitian terhadap masalah tersebut dapat disediakan oleh peneliti atau tidak, 6) apakah biaya pendukung untuk meneliti masalah tersebut dapat disediakan oleh peneliti atau tidak, 7) apakah alasan-alasan politik dan situasional masyarakat (pemerintah) menyambut baik masalah tersebut atau tidak apabila penelitian dilakukan (Bungin, 2010:62-63).
Hasil rumusan masalah ini menjadi penentu langkah selanjutnya dalam penelitian. Rumusan masalah biasanya didapatkan dari bertanya (research question) mengenai masalah yang diteliti. Rumusan masalah harus dalam kalimat yang singkat, padat, dan jelas yang memuat variabel yang akan diteliti. Semua ini dilakukan agar hasil penelitian dapat menjawab research question.
Hulley dan Cumming mengemukakan, sebuah masalah dapat diteliti jika memuat akronim FINER, yaitu: Fisible (mampu melaksanakan masalah dan trend), Interesty (masalah tersebut menantang secara intelektual), New Value (memberi nilai baru terkait dengan keaslian penelitian), Etis (tidak bertentangan dengan etika), dan Relevant (layak diteliti).
Pentingnya masalah harus mendapat perhatian dan tindakan persuasive dengan menunjukkan mengapa masalah penelitian merupakan salah satu yang penting dengan menjawab pertanyaan seperti contohnya:
Ø Apakah suatu masalah itu penting hari ini?
Ø Apakah masalah akan berlanjut terus ke masa depan?
Ø Apakah informasi lebih lanjut tentang masalah ini memilik aplikasi praktis?
Ø Apakah informasi lebih lanjut tentang masalah ini memiliki kepentingan teoretis?
Ø Seberapa besar populasi yang terkena masalah ini?
Ø Seberapa penting, berpengaruh, atau populer masalah penelitian ini?
Ø Adakah penelitian ini secara substansial merevisi atau memperluas pengetahuan yang ada?
Ø Apakah penelitian ini menghasilkan atau memperbaiki beberapa alat utilitas?
Ø Apakah temuan penelitian menyebabkan beberapa perubahan yang bermanfaat di dalam masyarakat?
Ø Apakah ada bukti atau pendapat otoritatif dari orang lain untuk mendukung penelitian ini?
Penelitian yang bukan pesanan selalu dihadapkan dengan masalah eksplorasi terhadap sumber atau topik masalah penelitian.Eksplorasi memungkinkan peneliti atau calon peneliti memeroleh gagasan segar tentang topic dan masalah penelitian. Dalam aktivitas formal eksplorasi sumber topik dan masalah penelitian dapat dilakukan terhadap berbagai lembaga riset dan dari berbagai diskusi dengan orang-orang tertentu. Selain menemukan topic dan masalah penelitian dengan cara eskplorasi, gagasan-gagasan penelitian juga bisa dimunculkan dari kajian-kajian terhadap teori yang ada, konsep-konsep yang ada ataupun hasil kajian terhadap beberapa kebijakan publik pemerintah atau swasta. Sumber masalah bertebaran di mana-mana, bergantung kepada penelitinya sendiri.
Pernyataan masalah adalah suatu pernyataan tentang masalah yang sedang menjadi pertimbangan penting dalam penelitian. Pernyataan masalah ini adalah fokus dari semua masalah di dalam penelitian. Secara teknis langkah-langkah pernyataan masalah, adalah: 1) memilih konteks untuk kajian penelitian, biasanya menghasilkan pertanyaan penelitian dengan harapan untuk menjawab, 2) pernyataan masalah persuasif harus menunjukkan bahwa variabel utama dapat diukur dalam beberapa cara yang berarti, 3) pernyataan masalah.
Suatu pernyataan masalah harus ditutup dengan pertanyaan. Biasanya pertanyaan itu mengandung dua variabel atau lebih, memiliki hubungan-hubungan terukur, dan berbagai indikasi pendukung. Tujuan dari penelusuran literatur yang berikut adalah untuk menjawab pertanyaan masalah penelitian ini. pernyataan masalah harus mengandung beberapa kesenjangan yang terjadi, yaitu: kesenjangan empiris, kesenjangan teoretis, dan kesenjangan metodologis. Kesenjangan empiris berkaitan dengan pentingnya masalah itu dalam kehidupan praktis masyarakat. Kesenjangan teoretis berkaitan dengan kesenjangan teori yang terjadi antara satu teori dengan teori lain, sedangkan kesenjangan metodologis adalah berkaitan antara efektivitas metodologis yang digunakan saat ini dan perkembangan metodologis pada umumnya.
Penggunaan istilah permasalahan, perumusan masalah, atau pokok masalah dalam satu penelitian adalah sama. Pada dasarnya permasalahan dalam penelitian merupakan perumusan masalah ke dalam bentuk yang lebih terfokus. Konsep utama dalam penelitian dapat dimunculkan bukan dalam bentuk pendefinisian melainkan dalam bentuk penggambaran objektif (Prasetyo, 2008:61).
Rumusan masalah dapat ditulis dengan kalimat tanya, bisa satu masalah, dua masalah, kemudian menulis pernyataan penelitian, sekaligus merenungkan jawabannya. Apakah jawaban itu merupakan sesuatu yang baru dan apakah jawaban itu berupa penjelasan hubungan dua variabel. Kriteria masalah dalam penelitian yang baik adalah mempunyai kontribusi teoretis dan praktis, mempunyai derajat keunikan dan keaslian, dan layak dilakukan (Santoso, 2007:14).
Penutup
Setiap penelitian dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu, dan standar.
Variabel adalah konsep tingkat rendah yang acuan-acuannya relative mudah diidentifikasi dan diobservasi serta mudah diklasifikasikan, diurut, dan diukur. Agar variabel dapat diukur, maka variabel harus dijelaskan ke dalam konsep operasional variabel. Oleh karena itu, variabel harus dijelaskan parameter atau indikator-indikatornya. Variabel dapat dikelompokkan menurut empat bentuk pengukuran sebagai berikut: variabel nominal, variabel ordional, variabel internal, dan variabel ratio. Selain pengukuran variabel di atas, secara lebih sederhana variabel dibedakan dalam ragamnya yang bentuknya berbeda, yaitu independent variable (variabel bebas), dependent variable (variabel tergantung), intervening variable (variabel penyela), dan Variabel lain yang mengikuti. Ada tiga tipe hubungan antara variabel, yaitu: hubungan simetris, hubungan timbal balik, dan hubungan asimetris. Variabel harus terukur, sehingga pengukuran sebuah variabel diperlukan. Pengukuran adalah suatu proses kuantifikasi atribut dari suatu materi atau objek sehingga diperoleh angka dengan menggunakan aturan tertentu. Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran, yaitu konseptualisasi, penentuan variabel dan indikator, dan operasionalisasi.
Topik dan masalah dalam penelitian kuantitatif sering dibedakan. Topik dipandang sebagai kerangka besar masalah, sedangkan masalah adalah bagian-bagian dalam topik itu. topik yang bagus akan melahirkan masalah yang bagus, dan masalah yang bagus akan menghasilkan judul-judul penelitian yang menarik. Beberapa pertimbangan peneliti dalam menentukan apakah topik dan masalah penelitian tertentu dapat diangkat sebagai masalah yang harus diteliti atau tidak. Keputusan ini diambil melalui dua pertimbangan, yaitu pertimbangan objektif dan pertimbangan subjektif. Hulley dan Cumming mengemukakan, sebuah masalah dapat diteliti jika memuat akronim FINER, yaitu: Fisible (mampu melaksanakan masalah dan trend), Interesty (masalah tersebut menantang secara intelektual), New Value (memberi nilai baru terkait dengan keaslian penelitian), Etis (tidak bertentangan dengan etika), dan Relevant (layak diteliti).
Suatu pernyataan masalah harus ditutup dengan pertanyaan. Biasanya pertanyaan itu mengandung dua variabel atau lebih, memiliki hubungan-hubungan terukur, dan berbagai indikasi pendukung. Tujuan dari penelusuran literatur yang berikut adalah untuk menjawab pertanyaan masalah penelitian ini. pernyataan masalah harus mengandung beberapa kesenjangan yang terjadi, yaitu: kesenjangan empiris, kesenjangan teoretis, dan kesenjangan metodologis.
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Santoso, Gempur. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
http://chabib.sunan-ampel.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/metode-penelitian-kuantitatif-pdf.pdf diakses tanggal 6 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar