SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Rabu, 11 Januari 2012


TEORI MARXISME DAN APLIKASINYA DALAM KAJIAN SASTRA
Budi Jatmiko, S.S. 

A. PENDAHULUAN
Marxisme atau komunisme lahir dari konteks masyarakat industri Eropa. Revolusi industry di Eropa pada abad-19, menciptakan kesenjangan sosial di masyarakat. Kesenjangan ini terjadi antara kaum borjuis    (pemilik modal ) dengan kaum proletat, kaum petani miskin dengan para tuan tanah, warload dan kapitalis (negara Cina). Kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan  proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud  kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah atau hasil kerjanya.
Melihat  keadaan seperti itu, membuat beberapa tokoh  seperti Karl Marx dan Jurgen Habermas (neo-marxisme) melakukan kritik melalui pemikiran untuk merubah keadaan tersebut. Di bawah ini akan dibahas tentang tokoh marxis dan konsep pemikirannya serta aplikasi dalam kajian sastra.

B. TOKOH-TOKOH MARXISME

1.    KARL HEINRICH MARX 
(Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)
Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl. Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835. Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana.
Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri. Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasinya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin. Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) : ” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”
Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan  negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat (kaum paling bawah di negara Romawi). Marx merupakan kaum terpelajar dan  politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.
Dalam hidupnya,Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal.

2) MAO ZEDONG  (CINA)
Lahir di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat, tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak mempengaruhi kehidupannya kelak. Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Pada tahun 1905, ia mengikuti ujian negara yang pada saat itu mulai menghapus paham-paham konfusianisme lama; digantikan oleh pendidikan gaya Barat.  
Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Cina. Pada tahun 1911, Mao terlibat dalam Revolusi Xinhai yang merupakan revolusi melawan Dinasti Qing yang berakibat kepada runtuhnya kekaisaran Cina yang sudah berkuasa lebih 2000 tahun sejak tahun 221 SM. Pada tahun 1918 ia lulus dan lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana ia akan berjumpa dengan para pendiri PKT yang berhaluan Marxis. Mao mendirikan  partai pada tahun 1921 dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara tahun 1934 – 1935 ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Cina menjalani “Mars Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937  ia ikut menolong memerangi Tentara Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Cina. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis , Mao menjadi pemimpin kaum  Merah dan akhirnya ia menangkan pada tahun 1949.
Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan dan pemimpin Cina nasionalis; Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taiwan. Dalam PKT Mao sendiri sejak tahun 1943 adalah ketua sekretariat partai dan Politbiro tetapi sebenarnya ia mengontrol seluruh partai sampai ia mati pada tahun 1976. Kepemimpinan mungkin tidak kejam secara vulgar seperti Stalin tetapi kekerasan kebijakannya dan kelakuannya yang semau dirinya sendiri membawa rakyat Cina terpuruk ke dalam kehancuran dan kesengsaraan yang luar biasa.

3) ERICH SELIGMAN FROMM.
Erich Fromm lahir pada tanggal 23 Maret 1900, di Frankfurt Am main. Erich adalah seorang terkenal internasional psikolog sosial, psiokoanalis, humanistic filsuf, dan demokrasi sosialis. Ia memulai studi akademis pada tahun 1918 di University of Frankfurt am Main dengan dua semester dari yurispredensi. Pada tahun 1919 musim panas, Fromm belajar di Universitas Heidelberg, di mana Ia beralih dari yurispudensi untuk belajar sosiologi di bawah pimpinan Alfred Weber ( adik Max Weber), dan Heinrich Rickert Fromm mendapatkan gelar Ph D dalam sosiologi dari Heidelberg pada tahun 1922. Pada tahun 1930, Ia bergabung dengan Frankfurt institut penelitian sosial dan menyelesaikan pelatihan psikoanalitis. Pada tahun 1934, Fromm pindah ke Janewa, kemudian ke Universitas Columbia di New York.
Pada tahun 1943 Dia meninggalkan Columbia, Fromm membantu membentuk cabang New York dari Washington School of Psychiatry, dan pada tahun 1946 bersama-sama mendirikan Alanso William White Institut of Psychiatry, Psikoanalisis, dan Psikologi.
Pada tahun 1950-an Fromm pindah ke Meksiko,  di Meksiko Dia menjadi professor di Universitas Otonom Nasional Meksiko dan membentuk bagian Psikoanalitik di sekolah kedokteran. Ia mengajar di UNAM hingga pension pada tahun 1965.
Pada tahun 1974 Ia pindah ke Muralto ( Lcarno ), Swiss, dan meninggal di rumahnya pada tahun 1980. Lima hari sebelum Ia meninggal, Fromm mempertahankan praktik klinis sendiri dan menerbitkan serangkaian buku. Fromm percaya bahwa kebebasab adalah salah satu aspek sifat manusia bahwa kita dapat menerima atau melarikan diri. Dia juga mengamati menganut kebebasan kita akan sehat, sedangkan kebebasan melarikan diri melalui penggunaan mekanisme, melarikan diri adalah akar dari konflik psikologis. Melarikan diri ada tiga mekanisme yang di uraikan Fromm adalah robot kesesuaian, otoritarianisme, dan merusak, robot sesuai dengan merubah diri ideal seseorang untuk apa yang dianggap sebagai jenis yang disukai masyarakat kepribadian, kehilangan seseorang yang sejati. Penggunaan sesuai memindahkan beban pilihan dari diri sendiri kepada masyarakat. Otoriterisme adalah membiarkan diri dikendalikan oleh orang lain. Hal ini menghilangkan kebebasan memilih hampir seluruhnya dengan mengirim kebebasan kepada orang lain. Terakhir, destruktif adalah setiap proses yang mencoba untuk menghilangkan orang lain atau dunia secara keseluruhan untuk menghindari kebebasan. Fromm mengatakan bahwa kehancuran dunia adalah yang terakhir hampir putus asa mencoba menyelamatkan diri agar tidak hancur oleh itu ( 1941 ).

C. KONSEP-KONSEP PEMIKIRAN

1.    KARL HEINRICH MARX
Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan  masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari.
Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial. Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial. Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk hidup yang lebih baik. Permasalahan tidak berhenti pada adanya kelas sosial ansich, akan tetapi ide Marx yang humanis ingin menggugah kesadaran manusia tentang kehidupannya, tidak menyerah kepada nasib dan dogma agama sekalipun.
Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi).
Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni:
1)        Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut.
2)        Kedua, alienasi dari aktivitas produksi.
Menurut Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu  tugas yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin, diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang.
3)        Ketiga, alienasi dari esensi-spesies.
Marx berpendapat bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat menikmati ciri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi setengah hari mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja.
4)        Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan  menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita hanyalah orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya,  pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.

Dialektika pemikiran Marx dalam menggugat kapitalisme, tidak hanya berhenti pada konsep kerja dan alienasi, Marx mengemukakan dua postulat yang utama,
1)   pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan masyarakat.
2)   kedua, menyentuh mekanisme perubahan (change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak.
Tiga tahapan tersebut merupakan skema dialektik, yang idenya dipinjam dari seorang filsuf Jerman, George Hegel (1770-1831). (1) tesis (affirmation); (2) antitesis (negation), dan (3) sintesis (reconciliation of oppsites).

Ketimpangan hubungan  ekonomi (determinisme ekonomi) bagi Marx telah menjadi faktor penting dalam  menata sturktur dan  perubahan masyarakat. Tambahan  mengenai mekanisme perubahan meliputi tiga fase (tesis, antitesis, dan sintesis) yang ia kutip dari Hegel, semakin menguatkan gagasannya mewujudkan masyarakat tanpa kelas, sebagai sebuah sintesis antara sistem feodal dan kapitalisme.
Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya. Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan  menemui kehancuran dan melahirkan sintesis, komunis sebagai ideologi kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.

2) MAO ZEDONG
Mao banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek.  Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik.  Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolute. Hal ini ada dalam  proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut,  jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi  yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan.
Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik. Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham  Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.

Mao membedakan dua jenis konflik;
1)      konflik antagonis
Konflik antagonis menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja. Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis adalah sebuah konflik antagonis
2)      konflik non-antagonis.
konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi.
sedangkan  konflik antara rakyat Cina dengan Partai adalah sebuah  konflik non-antagonis.

3) ERICH SELIGMAN FROMM
Fromm percaya bahwa kebebasan adalah salah satu aspek sifat manusia bahwa kita dapat menerima atau melarikan diri. Dia juga mengamati menganut kebebasan kita akan sehat, sedangkan kebebasan melarikan diri melalui penggunaan mekanisme, melarikan diri adalah akar dari konflik psikologis. Melarikan diri ada tiga mekanisme yang diuraikan Fromm adalah
(1)  Robot kesesuaian,
Robot sesuai dengan merubah diri ideal seseorang untuk apa yang dianggap sebagai jenis yang disukai masyarakat kepribadian, kehilangan seseorang yang sejati. Penggunaan sesuai memindahkan beban pilihan dari diri sendiri kepada masyarakat.
(2)  Otoritarianisme,
Otoriterisme adalah membiarkan diri dikendalikan oleh orang lain. Hal ini menghilangkan kebebasan memilih hampir seluruhnya dengan mengirim kebebasan kepada orang lain.
(3)  Merusak,
destruktif adalah setiap proses yang mencoba untuk menghilangkan orang lain atau dunia secara keseluruhan untuk menghindari kebebasan. Fromm mengatakan bahwa kehancuran dunia adalah yang terakhir hampir putus asa mencoba menyelamatkan diri agar tidak hancur oleh itu ( 1941 )

D. CONTOH PENERAPAN MARXISME DALAM KARYA SASTRA PUISI

Di bawah ini adalah contoh penerapan marxisme dalam puisi berjudul  Kau pun Tahu  karya Acep Zamzam Noor

Kau pun Tahu

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Dalam pengembaraanku
Bintang-bintang yang kuburu
Semua meninggalkanku
Lampu-lampu sepanjang jalan
Padam, semua rambu seakan
Menunjuk ke arah jurang

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Dalam setiap ucapanku
Suara yang masih terdengar
Berasal dari kegelapan
Kritik-kritik yang kusemburkan
Menjadi asing dan mengancam
Seperti bunyi senapan

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Dalam puisi-puisiku
Kota telah dipenuhi papan-papan iklan
Maklumat-maklumat ditulis orang
Dengan kasar dan tergesa-gesa
Mereka yang berteriak
Tak jelas maunya apa

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Dalam doa-doaku
Aku sembahyang di comberan
Menjalani hidup tanpa keyakinan
Perempuan-perempuan yang kupuja
Seperti juga para pemimpin itu –
Semuanya tak bisa dipercaya

Kau pun tahu, tak ada lagi cinta
Di negeriku yang busuk ini
Pidato dan kentut sulit dibedakan
Begitu juga tertawa dan menangis
Mereka yang lelap tidur
Bangunnya pada kesiangan
Padahal ingin disebut pahlawan

Dalam puisi di atas, terdapat lima pengulangan kritik ‘cinta’ yang diawali frase ‘tak ada lagi’ sebagai bentuk penegasian sempurna. Ini tentunya menyiratkan penekanan bahwa ‘cinta’ sebagai suatu konsep abstrak dimaknai sebagai suatu fakta kongkrit yang tadinya ada dan hadir dalam realitas sosial, kini telah hilang karena berbagai masalah yang melingkupi realitas itu. Di sini kemudian ditemukan empat realitas yang dikategorikan bermasalah karena hilangnya ‘cinta’: realitas alam  (Kau pun tahu, tak ada lagi cinta/ Dalam pengembaraanku—bait pertama); realitas bahasa (Kau pun tahu, tak ada lagi cinta/ Dalam setiap ucapanku—bait kedua) dan (Kau pun tahu, tak ada lagi cinta/ Dalam puisi-puisiku—bait ketiga); realitas keagamaan/religiusitas (Kau pun tahu, tak ada lagi cinta/ Dalam doa-doaku—bait keempat); dan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara (Kau pun tahu, tak ada lagi cinta/ Di negeriku yang busuk ini—bait kelima).
Acep Zamzam sengaja memilih diksi ‘cinta’ yang dapat dimaknai sebagai bentuk ideologi tandingan, yang seharusnya ada dan selalu hadir dalam setiap realitas. Dalam perspektif Marxis, hal ini menunjukan adanya hubungan yang realistis antara teks dengan konteks.

Hasil Analisis
·                     Bait pertama, penggunaan diksi kongkrit justru memunculkan penafsiran metaforis tentang rusaknya alam: kritik ‘jurang’ merupakan metafor dari kematian/kerusakan.
·                     Di bait kedua dan ketiga, kita juga di suguhi unsur metafor yang justru berasal dari diksi kongkrit, i.e. kritik-kritik ……./ Seperti bunyi senapan; maklumat-maklumat yang ditulis ……../ Dengan kasar, yang menunjukan bahwa ‘cinta’ (sopan-santun) dalam berbahasa sudah hilang.
·                     Bait Keempat merupakan puncak transformasi makna ‘cinta’ menjadi sebuah kritik sosial. Ini karena terlihat  ada relevansi yang jelas antara Acep Zamzam sebagai seorang penyair yang notabene putera seorang ulama besar dengan konsep keagamaan yang dia yakini, atau yang dalam perspektif Marxis disebut authorial ideology. Dalam bait keempat ini kita bisa melihat kritik sosial yang bernuansa relijius—yang ditransformasi dari authorial ideology-nya Acep Zamzam—bahwa ternyata hilangnya ‘cinta’ (toleransi dan kedamaian) membuat agama sudah kehilangan arah, karena tidak ada lagi keyakinan dan teladan yang dapat diikuti: Aku sembahyang di comberan/ Menjalani hidup tanpa keyakinan ………. Seperti juga pemimpin-pemimpin itu/ Semuanya tak bisa dipercaya.
·                     Pada bait kelima, makna ‘cinta’ kemudian ditransformasikan menjadi prinsip politik yang luhur (demokrasi, kejujuran). Namun, keluhuran ini sudah terkikis habis karena kejujuran sudah tidak menjadi dasar murni politik: Pidato dan kentut sulit dibedakan ……., sehingga yang muncul kemudian adalah para badut politik yang ingin disebut pahlawan, padahal mereka tertidur lelap dalam kebusukan mereka sendiri. Bait inilah yang kemudian dapat disebut sebagai antiklimaks; sebuah proses transformasi makna ‘cinta’ melalui frase ‘tak ada lagi cinta’, yang semuanya berujung pada makna kehancuran dan kerusakan realitas sosial. Dilihat dari perspektif Marxis, di sini sekali lagi Acep Zamzam mencoba menghadirkan ‘cinta’ sebagai ‘ideologi’ yang menandingi ideologi bangsa yang sudah carut marut.

Dalam hal ini, puisi Acep Zamzam di atas layak disebut puisi ideologis, yang menghadirkan wacana dan makna kritik ‘cinta’ sebagai sebuah ideologi untuk mengkritik realitas sosial yang ada. Dan untuk konteks sekarang, Indonesia memang sudah kehilangan makna kritik ‘cinta’ yang sebenar-benarnya.

E. PENUTUP
 Teori Marxisme adalah  teori yang memunculkan adanya wacana untuk menyamakan status social dan ekonomi antara  kaum  proletar dengan kaum borjuis. Secara garis besar dari ketiga pendapat tokoh  di atas,  inti teorinya adalah menginginkan adanya kebebasan sebebas-bebasnya untuk kaum proletar agar bisa menjadi manusia yang seutuhnya.  
Dampak positif dan negatif akan  muncul dari penerapan teori  marxisme ini. Dampak positifnya adalah adanya kesetaraan status social, dimana kesempatan  kaum  marginal (proletar) untuk memenuhi keinginan  hidupnya dan hak kemanusiaannya akan terbuka sangat lebar, selain itu kesempatan untuk memperbaiki taraf  hidup dalam hal ekonomi juga akan terbuka lebar. Tetapi akan   muncul juga adanya kondisi masyarakat materialis yang egois-sentris.

DAFTAR PUSTAKA

Engels. 2006. Tentang Kapital Marx. Bandung:Akatiga


Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Marxis dan Berbagai Ragam Teori Neo-Marxian. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar