SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Kamis, 16 Februari 2012

Ekuivalensi Semantik dan Semantik Dalam


EKUIVALENSI SEMANTIK DAN ‘SEMANTIK DALAM’
Disajikan oleh: Rizal Effendy Panga

A.    Pendahuluan
Secara definisi, ekuivalensi adalah makna yang memiliki kedekatan atau memiliki tingkatan sebanding. Sementara, semantik adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat atau pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran makna. Jadi dapat disimpulkan, ekuivalensi semantik adalah kajian semantik yang memiliki hubungan kedekatan , sebanding, dan kekerabatan.
Asumsi awal mengenai ekuivalensi konseptual atau sinonimi dapat diperlihatkan secara langsung melalui sistem penggambaran semantik. Perlu disusun kaidah khusus untuk menjelaskan ekuivalensi semantik untuk penggambaran semantik. Kaidah ini mungkin bersifat arbitrer yang diimprovisasi agar para ahli semantik dapat terlepas dari problem analitis dalam hubungan semantik kekerabatan. Dalam pembahasan ini disampaikan sejumlah kaidah implikasi dan kemudian memikirkan apakah kaidah ini memberikan fakta untuk tingkat ‘semantik dalam’.
Kaidah implikasi adalah kaidah yang menentukan bahwa untuk suatu formula semantik tertentu, ada kemungkinan untuk menggantikan formula semantik yang lain. Dalam kaidah ini teorinya adalah subtitusi dua arah (bi-direksional) dan oleh karena itu dapat diformulasikan dengan ‘A < - > B’.
Kaidah implikasi dibagi menjadi dua, yaitu: kaidah implikasi substantif dan kaidah implikasi formal. Kaidah Implikasi Substantif adalah kaidah implikasi yang menyebutkan ciri-ciri spesifik, sedangkan Kaidah Implikasi Formal adalah kaidah implikasi yang tidak mengacu kepada ciri-ciri fisik, tetapi menyatakan ekuivalensi dari struktur pohon semantic yang digeneralisasikan dengan yang lain. Kaidah implikasi formal terbagi menjadi kaidah subordinasi dan kaidah indentifikasi. Adapun kaidah implikasi formal yang lain, yaitu: kaidah koreferensi dan kaidah atribusi.




B.     Mengapa Kaidah Implikasi Diperlukan
Motif yang mendorong kita untuk membuat kaidah ekuivalensi semantik adalah sama dengan motif yang mendorong kita kepada setiap hipotesis di dalam analisis semantik. Ada dua asas yang mengarah kepada penempatan kaidah implikasi, yaitu: pertama, kebutuhan untuk memperluas dapat dijelaskan suatu teori berdasarkan semantik, dengan menunjukkan bagaimana mungkin untuk mendeduksikan konsekuensi logis dari suatu analisis dari bentuk representasi atau penggambaran semantik bahwa analisis tersebut ditujukan untuk ungkapan-ungkapan. Kedua, kebutuhan untuk mempertahankan perangkat umum prosedur pemetaan antara struktur semantik dan struktur sintaksis.
Penempatan asas kaidah ini mengemukakan bahwa makna kekerabatan dapat dengan benar digambarkan hanya jika kita meninggalkan dalil utama bahwa suatu definisi kata dapat dispesifikasikan oleh suatu perangkat ciri-ciri semantik tertentu. Dalil ini biasa disebut dalil komponensial.
Sehingga, kaidah implikasi diperlukan bukan hanya sebagai pengganti sementara, namun kaidah ini memberikan kemungkinan kepada kita untuk membuat generalisasi tentang gejala bermacam ragam dan merupaka tambaha yang bernilai bagi teori semantik.

C.    Kaidah Subordinasi
            Kaidah subordinasi  menggambarkan dua penggambaran semantik. Kaidah ini menginversikan satu predikasi dengan yang lainnya. Dulu, kaidah ini memberikan dua motivasi, yaitu: motivasi untuk menjelaskan sinonimi pasangan kalimat dan motivasi untuk menjelaskan kalimat yang memiliki sifat ambigu. Sebagai contoh:
1.      All cats eat some bats.
2.      Some bats are eaten by all cats.
3.      Some cats eat some bats.
4.      Some bats are eaten by some cats.

Pokok masalahnya, jika quatifier (penentu jumlah) dicampur (all dan some muncul dalam predikasi yang sama), makna logisnya bervariasi dan ditentukan oleh apakah ruang lingkup all itu sudah termasuk dalam lingkup some atau sebaliknya. Tetapi jika terjadi dua quantifier yang identik, apakah ada dua all atau dua some, maka ada dua perpaduan di antara dua kalimat tersebut. Perpaduan ini merupakan akibat bekerjanya kaidah subordinasi, tetapi ambiguitas (1) dan (2) bahwa di dalam hal kuantifikasi campuran, kaidah subordinasi tidak berjalan.
Menurut kaidah subordinasi, ada dua cara untuk menggambarkan makna ungkapan adverbial: merupakan predikasi modifying (tataran rendah) dan predikasi pokok yang dinyatakan unsur kalimat pokok.

D.    Kaidah Identifikasi
Kaidah implikasi formal yang kedua, yaitu kaidah identifikasi. Kaidah ini menerangkan setiap predikasi baik satu tempat atau dua tempat dapat ditransformsikan menjadi predikasi ekuatif.  Predikasi ekuatif adalah predikat yang mendasari kalimat, dimana dua frase kata benda dihubungkan dengan verba. Sifat semantik seperti ini belum dipikirkan, namun ada sedikit kesulitan di dalam menganalisis maknanya dengan membagi kalimat itu ke dalam dua gugus, yaitu: argumen dan predikat. Bagi tujuan kaidah indentifikasi, kita dapat mengabaikan cirri ‘tense’ dan memberlakukan kalimat ekuatif. Kaidah ini dipergunakan untuk menunjukkan ekuivalensi atau kuasi-ekuivalensi semantik.
1.      John collects stamps. sinonim dengan John is a philatelist.
2.      Jim is employed by General Motors. sinonim dengan Jim is an employee of General Motors.
3.      James loves music. sinonim dengan James is a music-lover.
Mengapa kita tidak dapat menunjukkan ekuivalensi secara langsung dengan menunjukkan masing-masing pasangan kalimat itu mempunyai gambaran semantic yang sama. Jawabannya adalah bahwa hal ini akan melanggar kaidah pemetaan informal yang disusun untuk menghubungkan semantic dengan struktur sintaksis. Dua korelasi pertama antara unit-unit sintaksis dan semantik adalah bahwa frase kata benda menyatakan argumen dan verba menyatakan predikat.
Ada kaidah implikasi yang lain, kaidah ini menyatakan ekuivalensi antara dua argumen dan bukannya dua predikasi. Kaidah ini ada dua, yaitu: kaidah koferensi dan kaidah atribusi. Kaidah koferensi menyatakan jika suatu argumen mengandung ciri definit yang sama-sama mengacu pada argumen lain, maka isi dari argumen A1 dapat digantikan definit dalam argument tanpa perubahan makna.  Kaidah atribusi menyamakan suatu komponen dengan predikasi satu tempat tataran rendah di mana komponen tadi membentuk predikatnya. Jika diterapkan terus menerus, kaidah atribusi akan berakibat pengurangan analisis komponensial menjadi analisis predikasional.  

E.     Apakah ada Struktur “Semantik Dalam”
Kalimat Cats eat Bats. dan Bats are eaten by cats. Di dalam tata bahasa transformasional, sebagai dasar dari struktur dalam yang bentuknya sama. Peranan transformasi adalah menyusun unsur-unsurnya sehingga menghasilkan perbedaan susunan yang jelas, bentuk verba, dan sebagainya diantara keduanya. Solusi yang sama dapat dikemukakan untuk kesesuaian antara penggambaran semantik yang ekuivalen pada tataran semantik, yaitu: jika dua gambaran semantik melukiskan makna yang sama, maka pada tataran yang lebih dalam harus ditunjukkan dengan penggambaran yang sama.


Text Box: DSS
 


           


 




Keterangan:
DSS : Deep Semantic Structure
SSS : Surface Semantic Structure


            Panah putus-putus di dalam diagram di atas menggambarkan fungsi penyamaan dari kaidah, panah diagonal  yang menelusuri derivasi satu arah merupakan satu cara alternative untuk menjelaskan ekuivalensi antara dua penggambaran semantik. Marilah kita pikirkan mengenai ‘semantik dalam’ bukan sebagai struktur pembentuk, tetapi sebagai jaringan yang berisi cabang-cabang dengan penghubung dan terminal-terminal, sebagai berikut:
1.      Kita anggap bahwa setiap predikasi dua tempat dilambangkan di dalam tataran yang lebih dalam dengan dua cabang terminal yang dihubungkan dengan dua anak panah yang menggambarkan penghubung di antara dua terminal itu.
2.      Kita anggap bahwa setiap predikasi satu tempat digambarkan dengan cara yang sama, kecuali penghubung itu hanya memiliki satu terminal pada satu ujung saja.
3.      Jika predikasi dilekatkan pada yang lain di dalam semantik dalam, maka satu cabang dihubungkan dengan cabang lain di dalam bentuk T. Dalam sistem ini, argument ditafsirkan sebagai terminal, predikat ditafsirkan sebagai penghubung, dan cabang didefinisikan sebagai penghubung bersama-sama dengan terminal yang bukan merupakan penghubung.
4.      Apabila terdapat predikasi ‘qualifying’ yaitu predikasi tataran rendah di dalam argument dari predikasi yang lain. semantik dalam dapat ditafsirkan sebagai dua cabang yang bersama-sama memiliki satu terminal.
5.      Predikasi ‘modifying’ yaitu predikasi tataran rendah di dalam predikat. Di dalam semantik dalam menjadi cabang di dalam cabang lain (predikasi utama) sebagai terminalnya.
6.      Koreferensi tidak terdapat pada tataran semantic paling dalam, sebaliknya identitas referensi dari dua argument itu ditunjukkan langsung di dalam satu terminal sebagai sumbernya. Oleh karena itu, mungkin terjadi dan sebenarnya biasa terjadi dalam penggambaran semantic untuk menbentuk pada satu titik yang sama suatu jaringan tertutup. Kasus sederhana dari jaringan penutup adalah hubungan yang refleksif di mana suatu penghubung mulai dan berakhir pada terminal yang sama.

Jika koreferensi dikeluarkan dari semantik dalam, maka yang di dalam semantic permukaan ada hubungan koreferensi, dua argument yang bersangkutan harus menjadi bagian dari semantik dalam yang sama. Oleh karena itu, semantik dalam secara langsung menunjukkan sinonimi deretan kalimat dengan satu kalimat, deretan kalimat dengan deretan kalimat, dengan cara yang tidak mungkin dilakukan di dalam semantik permukaan, kecuali melalui bekerjanya kaidah koreferensi. Salah satu implikasi dari hal ini adalah bahwa unit semantik dalam menjadi uraian seluruhnya dan bukan satu kalimat.
Kita sekarang telah memiliki garis besar yang singkat mengenai kemungkinan adanya teiru semantik dalam. Semantik dalam berada pada tingkat ‘pemikiran pralogika’ karena orang dapat berbicara tentang kebenaran atau kekeliruan suatu jaringan, juga tidak mudah memasukkan ke dalam bekerjanya logika seperti negasi. Argumentasi yang mendasari semantik dalam adalah menyederhanakan konsepsi kita mengenai bahasa dan memberikan penjelasan bagi karakteristik bahasa yang tidak dijelaskan atau merupakan sesuatu yang serampangan.
Jika kita formulasikan ulang kaidah subordinasi, identifikasi, dan koreferensi supaya membuat kaidah-kaidah itu menjadi ‘transformasi semantik’ atau kaidah implikasi unidirensional yang mengubah penggambaran semantik dalam menjadi penggambaran semantik permukaan, kemudian ada kemungkinan untuk memberikan fungsi khusus kepada masing-masing kaidah tersebutt. Fungsi kaidah koreferensi adalah untuk mengutip apa yang menurut acuannya (referensinya) merupakan argument yang sama di tempat-tempat yang berbeda dalam jaringan. Fungsi kaidah subordinasi adalah untuk mengambil cabang tertentu dari jaringan itu menjadi predikasi pokok dan dengan demikian memberikan hirarki subordinasi pada dua cabang atau lebih.




Struktur semantik dalam mengambil konvensi bayangan-cermin satu tingkat lebih tinggi dan menafsirkan dalam dua dimensi karena di dalam semantik permukaan urutan kiri-ke kanan tidak signifikan. Di dalam jaringan semantik dalam urutan atas-ke bawah juga tidak signifikan, sehingga dengan cara apapun jaringan itu digambarkan, selama konfigurasi cabang-cabangnya yang sama tetap dipertahankan, maka jaringan itu tidak berubah.
Setelah memperhatikan fungsi dari kaidah koreferensi dan subordinasi, masing-masing sebagai (a) memecah-mecah jaringan tertutup dan (b) memasukkan susunan subordinasi ke dalam cabang-cabang jaringan. Sekarnagn kita beralih ke kaidah indentifikasi. Pada jaringan struktur dalam tidak ada yang menghalangi mata rantai hubungan, tetapi pada stuktur permukaan atau struktur konstituen, konsepsi semantic seperti konfigurasi berulang harus diubah mejadi struktur yang hubungannya adalah subordinat terhadap yang lain.
Kaidah implikasi dipahami sebagai kaidah untuk mengubah jaringan menjadi bentuk yang sesuai bagi struktur konstituen. Hipotesis semantik dalam menjelaskan karakteristik penggambaran semantik lain yang sampai saat ini tampaknya bersifat arbitrer. Konfigurasi semantik dalam yang mendasari predikasi tataran rendah, maka kita dapat memahami mengapa hubungan koreferensi demikian itu diperlukan. Jika penurunan ke tataran predikasi rendah itu adalah struktur konstituen yang menafsirkan sambungan antara dua cabang dari jaringan, maka hanya dapat menggambarkan sambungan itu atau persambungan struktural dengan sarana koreferensi karena tidak ada cara yang langsung di mana predikasi pokok dapat sama-sama memakai struktur predikasi tataran rendah.
Hipotesis semantik dalam memungkinkan kita melihat sifat pararel antara semantic dan sintaksis, sama seperti jaringan semantik dalam ditransformasikan menjadi penggambaran struktur pohon semantik permukaan. Semua argumentasi yang mendukung semantik dalam ini adalah informasi dan tidak lebih hanya membentuk dasar untuk meninjau dengan derajat keseriusan tertentu terhadap apa yang masih merupakan hipotesis yang perlu direnungkan. Daya tarik utama hipotesis ini adalah kemampuannya untuk menunjukkan mengapa kerumitan bahasa tertentu tidaklah arbitrer, melainkan merupakan bagian integral dari cara bahasa harus bekerja sebagai sarana pengkodean (coding) yang multi jenjang.

F.     Simpulan
Ekuaivalensi semantik atau sinonimi tidak selalu dapat ditunjukkan secara langsung. Dengan menelusuri kembali dua kalimat sampai kepada penggambaran yang mendasari semantik yang sama. Sebaliknya, sinonimi harus ditunjukkan secara tidak langsung dengan apa yang disebut kaidah implikasi.
Kaidah implikasi tertentu betul-betul dapat ditunjukkan dengan kemampuannya untuk menjelaskan kasus sinonimi yang kelihatannya tidak terkait, dan jika tidak demikian harus dijelaskan dengan pernyataan-pernyataan yang terpisah.
Kaidah implikasi dapat secara spekulatif ditafsirkan kembali sebagai transformasi semantic yang memetakan penggambaran semantik dalam kepada penggambaran semantik permukaan. Penggambaran semantik dalam yang dikaidahkan itu dipandang sebagai jaringan ralasional dan bukannya sebagai pohon struktur konstituen.


Daftar Pustaka

Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar