TUJUH TIPE MAKNA DALAM SEMANTIK
Nurhakim (117435436)
A. Pengertian Makna
Menurut Djajasudarma (1993: 5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata), sedangkan menurut Palmer (1976: 30), makna hanya menyangkut unsur intrabahasa. Sementara, Lyons (1977: 204) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata adalah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Dalam hal ini, menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri yang cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem (dalam Djajasudarma,1993).
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwasanya makna adalah pertautan diantara unsur bahasa yang menyangkut intra bahasa baik itu makna lesikal yang cenderung terdapat dalam kamus.
Beberapa pakar dalam pemahaman semantik agar mengikuti studi tentang makna dalam artian luas yaitu semua yang dikomunikasikan dengan bahasa. Selain itu sebagian besar pula penulis modern di dalam kerangka linguistik umum membatasi pada segi praktis mengenai studi tentang makna logis atau konseptual. Adapun yang dibicarakan dalam makna kata yang luas yaitu yang termasuk dalam tujuh unsur yang berbeda yaitu makna logis, makna konseptual, makna konotatif, makna stilistik, makna efektif, makna refleksi, makna kolokatif, serta makna tematik.
B. Jenis Makna
1. Makna Konseptual
Makna konseptual kadang disebut juga makna denotatif atau makna kognitif dalam pengertian luas dianggap faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai sesuatu yang terpadu bagi fungsi esensial terhadap suatu bahasa, tidak seperti makna yang lain. Alasan utama untuk menempatkan sebagai prioritas pada makna konseptual adalah bahwa makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit. Khususnya pada dua prinsip struktural yaitu kontrasitif dan struktur konsitituen.
Ciri-ciri kontransitif mendasari klasifikasi bunyi dalam fonologi misalnya pada setiap penamaan kata menerapkan satu bunyi yang membatasi secara positif dengan bentuk yang dimilikinya, serta dengan implikasi secara negatif dengan bentuk yang tidak dimilkinya. Struktur konsituen atau pembentuk adalah prinsip dimana unit-unit bahasa terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil atau ditinjau secara terbalik.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang telah diacu, melebihi diatas isinya yang murni konseptual. Sejauh itu pengertian acuan bertumpah tindih dengan makna konseptual. Contoh kata wanita apabila dibuat definisinya dalam konseptual maka sifat itu adalah manusia, dewasa, dan perempuan haruslah memberikan kriteria secara benar. Sifat sebaliknya kedalam dunia nyata menjadi atribut dari acuannya. Tetapi juga sejumlah sifat tambahan yang tidak masuk dalam kriteria itu, yang kita ketahui juga dapat jadi acuan kata woman tersebut. Acuan tersebut tidak hanya meliputi sifat psikis (berkaki dua, memiliki rahim) tetapi bersifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan) dan dapat diperluas kearah-arah yang bersifat tipikal bukannya selalu ada dalam kewanitaan (pandai bicara, pandai masak, memakai rok, gaun). Masih dapat diteruskan lagi makna konotatifnya meliputi sifat putatif dari acuannya, disebabkan pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok atau seluruh anggota masyarakat seperti (lemah, gampang menangis, penakut, emosional, tidak rasional, tidak konstan).
Membicarakan konotasi akan semakin jelas bila berbicara tentang dunia nyata yang diasosiakan dengan ungkapan ketika sesorang mendengarnya atau menggunakannya. Oleh karena itu, batas antara makna konseptual dengan makna konotatif juga merupakan batas yang kabur tetapi penting untuk diketahui.
3. Makna Stilistik
Berbicara tentang makna sitilistik berarti membicarakan dua aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna stilistik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya. Kita mengenali beberapa kata atau ucapan sebagai suatu dialek yaitu menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan geografis atau lingkungan sosialnya. Ciri lainya adalah bahasa menunjukkan sesuatu tentang hubungan sosial antara penutur dengan pendengarnya, misalnya bahasa sehari-hari, kekeluargaan, bahasa slang.
4. Makna Afektif
Makna afektif yaitu istilah yang diapakai untuk jenis makna stilistik, sering kali secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang di pergunakan. Misalnya seseorang yang ditegur dengan kata “Dasar anak bodoh”. Bagaimana perasaan sipenutur terhadapnya atau dengan cara tidak langsung seperti “Bukannya tidak pandai melainkan malas belajar”.
Faktor-faktor seperti intonasi dan gema suara dalam hal ini sangat penting. Kesan sopan pada kalimat 2 dapat berbalik kalau diapakai nada sarkastis yang tajam, kalimat 1 dapat diubah menjadi kalimat santai apabila intonasi suara dengan lembut.
5. Makna Refleksi
Makna refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika sesuatu pengertian kata membentuk sebagian dari respons kita terhadap pengertian lain.
6. Makna Kolokatif
Makna kolokatif terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. Kata-kata prety dan handsome memiliki arti kata dasar yang sama dalam arti sedap dipandang namun kedua kata itu dapat dibedakan menurut beberapa kata benda lain yang menyertainya atau menjadi kata sandingnya.
Girl Boy
Boy Man
Woman Car
Flower Vessel
Prety Garden Handsome Overcoat
Colour Arline
Vilage Typewriter
Melihat dari contoh kata diatas sudah barang tentu susunan kata benda itu dapat saja tertukar misalnya handsome woman dan prety woman. Kedua bentuk itu sama-sama bisa diterima meskipun kata-kata itu mengisyaratkan daya tarik yang berbeda yang disebabkan oleh asosiasi kolokatif dari kedua sifat diatas.
7. Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa.
Contoh:
Kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang disucikan atau kesucian.
Kata merah berasosiasi dengan berani.
Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiiripan dengan sifat, keadaan, atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut.
8. Makna Tematik (Thematic Meaning)
Makna tematik atau makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus dan penekanan. Nilai kounikatif itu juga dipengaruhi oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Misalnya: Apakah yang diajarkan dosen itu?
Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin mengetahui objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih menekankan siapakah subjeknya.
C. Maksud dan Interprestasi Makna
Pada bagian ini terdapat pembedaan maksud yaitu makna yang dimaksudkan pesannya, serta pembahasan berkenaan dengan interpretasi makna yaitu makna yang ditangkap seseorang pendengar atau pembaca ketika ia menerima pesan itu.
D. Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik sebuah kesimpulan berkenaan dengan tujuh tipe makna ke dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tujuh Tipe Makna | ||
1. Makna Konseptual | Isi yang logis, kohgnitif atau denotatif | |
2. Makna Konotatif | yang dikomunikasikan bahasa dengan apa yang diacu oleh bahasa | |
3. Makna Stilistik | Yang dikomunikasikan dari keadaan sosial mengenai penggunaan bahasa | |
Makna Asosiatif | 4. Makna afektif | Yang terungkap dari perasaan dan tingkah laku pembicara/penulis |
5. Makna Refleksi | Yang disampaikan melalui asosiasi dengan kata yang cenderung terjadi pada lingkup yang lain | |
6. Makna Kolokoatif | Yang disampaikan melalui asosiasi dengan kata yang cenderung terjadi pada lingkup kata yang lain | |
7. Makna Tematik | Yang dikomunikasikan dengan cara dimana pesannya disusun atas dasar urutan dan tekanan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar