SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Jumat, 16 Desember 2011

LINGUISTIK STRUKTURAL Oleh Listyawati, Evi Sulistyaningsih, Widarminto


BAB I

 PENDAHULUAN


Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut.
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”
Dalam perkembangannya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham, pendekatan dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangant ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Hal inilah yang mendasari pembidangan linguistik, salah satu diantaranya adalah Linguistik Struktural.
Isu-isu pengajaran bahasa lebih menonjol pada masa menjulangnya linguistik struktural. Linguistik struktural yang terkenal sejak perang dunia kedua dalam kaitannya dengan program pengajaran bahasa memiliki 5 (lima) asumsi umum. Asumsi umum itu terdiri atas: Pertama, bahwa prosedur kerja linguistik (struktural) dapat digunakan sebagai metode pengajaran bahasa. Asumsi ini mengisyaratkan kepada penekanan perlunya latihan berbicara dan menggunakan informan asli untuk menirukan dan latihan lafal. Melalui latihan-latihan pasangan minimal siswa berlatih membedakan fonem-fonem, dan berusaha menghasilkan fonem dalam cara pasangan minimal, yang dapat dikenali penutur asli. Setelah itu siswa mempelajari isyarat-isyarat gramatikal (morfem, kata tugas, urutan kata), melalui berbagai-bagai latihan subtitusi dan perluasan dalam bentuk pola-pola latihan (drill).
Kita dapat mengidentifikasikan aspek-aspek aliran struktural yang berpengaruh dalam pengajaran bahasa terutama metode audio-lingual. Terdapat penekanan yang lebih besar terhadap berbicara dari pada menulis, dalam tahap awal metode audio-lingual. Hal ini disadari oleh asumsi kedua yang menyatakan bahwa materi pengajaran bahasa harus disajikan dalam bentuk latihan berbicara sebelum siswa diperkenalkan dengan latihan menulis. Pada tahap awal keterampilan berbahasa berbicara dan menyimak dianggap lebih penting, dan baru kemudian membaca dan menulis.
Linguistik struktural tidak terlalu memperhatikan makna. Dalam analisa bahasa, mereka tidak membentuk-bentuk yang mirip. Oleh karena itu asumsi ketiga yang disodorkan adalah bahwa tidaklah penting bagaimana makna itu diperoleh siswa. Makna itu dapat ditanyakan saja langsung kepada penutur asli.
Asumsi yang keempat menyatakan bahwa tidak perlu menyajikan gradasi dan urutan kekomplekan gramatikal pada materi yang dipelajari siswa. Asumsi ini berdasarkan kepada tesis dalam analisis struktural bahwa ahli bahasa hanya memiliki kontrol yang sedikit terhadap kekomplekan data yang diperoleh dari informannya. Apabila ahli bahasa itu menemukan data (ujaran) yang terlalu kompleks, cenderung menghindar atau dipilih dari yang tidak komplek. Dalam pengajaran bahasa mereka berpendapat bahwa struktur yang kompleks akan menyulitkan siswa dalam proses memorinya.
  
BAB 2
LINGUISTIK STRUKTURAL
Linguistik tradisional selalu menerapkan pola-pola tata bahasa yunani dan latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa, maka linguistik strukturalis tidak lagi melakukan hal demikian.  Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern yaitu Ferdinand de Saussure. Dalam pembicaraan linguistic structural ini kita akan mulai dengan tokoh tersebut.
1. Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generate yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915,  pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep  :
a.   Telaah sinkronik dan diakronik
Telaah sinkronik adalah  mempelajari suatu bahasa dalam kurun waktu tertentu. Contoh: mempelajari bahasa yang digunakan pada zaman Jepang.
Telaah diakronik adalah mempelajari bahasa sepanjang masa bahasa itu digunakan. Contoh : mepelajari bahasa sejak zaman Sriwijaya sampai zaman sekarang.
b.   Perbedaan La langue dan La parole
La langue adalah Seluruh sistem tanda sebagai  alat komunikasi verbal antar anggota masyarakat (bersifat abstrak)  dan La parole adalah  pemakaian langue oleh masyarakat (bersifat konkret).
c.      Signifiant dan signifie
Signifiant adalah  citra bunyi yang timbul dalam pikiran kita.
Signifie adalah  makna yang ada dalam pikiran kita.
d.     Hubungan sintagmatik  dan paradigmatik
   Hubungan sintagmatik adalah  hubungan antar unsur (fonologi, morfologi, sintaksis) dalam tuturan, yang tersusun berurutan dan bersifat linier. Jika urutannya diubah maka maknanya ikut berubah atau malah tak bermakna sama sekali. Contoh : kata “kita” dapat diubah menjadi kiat, kait, kati, ikat, dll Contoh : kalimat “Ini baru bir” →“ini bir baru” .
   Hubungan paradigmatik adalah hubungan antar unsur dalam tuturan dengan unsur sejenis yang tidak ada dalam tuturan (dengan cara hubungan substitusi pada fonologi, morfologi, atau sintaksisnya) Contoh fonologi : huruf “r” dlm kata “rata” disubstitusi dgn “d”,”m”,”k”,”b” menjadi data, mata, kata,bata. Contoh morfologi  :  prefiks me- dlm kata “me-rawat” diganti prefiks di-,pe- te-, menjadi di-rawat, pe-rawat,te-rawat.

2. Aliran Praha
Aliran Praha terbentuk pada tahun 1926 atas prakarsa salah satu tokohnya, yaitu   Vilem Mathesius (1882 – 1945). Tokoh lainnya antara lain Vilem Mathesius, Nikolai S. Trubetskoỷ, Roman Jakobson, dan Morris Halle, membedakan fonologi (mempelajari bunyi dalam suatu sistem) dan fonetik (mempelajari bunyi itu sendiri). Struktur bunyi dijelaskan dengan kontras atau oposisi. Contoh : baku X paku, tepas X tebas.
Aliran ini mengembangkan istilah morfonologi (meneliti perubahan fonologis yang terjadi akibat hubugan morfem dgn morfem. Contoh : kata “jawab” dgn “jawap” bila ditambahi sufiks –an, maka akan terjadi perbedaan.
Kalimat dapat dilihat dari struktur formal dan struktur informasinya, Formal (subjek dan predikat) , informasi (tema dan rema). Tema adalah apa yang dibicarakan, sedangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema.
Contoh : kal. “this argument I can’t follow”→ “I” sbg subjek, “this argument” sbg objek, namun  menurut aliran praha “this argument” juga merupakan tema, sedangkan “I can’t follow” juga merupakan rema.
3. Aliran Glosematik
Aliran ini lahir di Denmark, dengan tokohnya Louis Hjemslev. Hjemslev (1899 – 1965) menganggap bahasa mengandung segi ekspresi (Signifiant) dan segi isi (signifie). Masing-masing segi mengandung forma dan substansi : forma ekspresi, substansi ekspresi, forma isi, dan substansi isi.
4. Aliran Firthian
Dengan tokohnya Joh R. Firth (London, 1890-1960). Dikenal dengan teori fonologi prosodi, yaitu cara menentukan arti pada tataran fonetis.  Ada tiga macam pokok prosodi :
a.      Menyangkut gabungan fonem, struktur kata, suku kata, gab.konsonan,dan gab.vokal,
b.     Prosodi dari sandi atau jeda,
c.      prosodi yang realisasi fonetisnya lebih besar daripada fonem2 suprasegmentalnya.
5. Linguistik Sistemik  (M.A.K Haliday)
Pokok pandangan Linguistik sistematik adalah  :
1)     Memberi perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa, terutama pada fungsi dan penerapannya dalam bahasa.
2)     Memandang bahasa sebagai “pelaksana”. Pembedaan langue (jajaran pikiran tergantung penutur bahasa) dan parole (perilaku kebahasaan sebenarnya).
3)     Mengutamakan ciri bahasa tertentu dan variasinya.
4)     Mengenal gradasi atau kontinum.
5)     Menggambarkan tiga tataran utama bahasa  :
a.       Substansi : bunyi yang diucapkan waktu berbicara (fonis), dan lambang yang digunakan saat menulis (grafis ).
b.       Forma : susunan substansi pada pola bermakna.
c.       Leksis : butir lepas bahasa dan tempat butir terletak
d.       Gramatika :  kelas butir bahasa dan pola tempat terletaknya.
e.       Situasi, meliputi : tesis (apa yang dibicarakan), situasi langsung (waktu tuturan itu diucapkan), situasi luas (tuturan pengalaman pembicara atau penulis yang mempengaruhi tuturan yang diucapkan atau ditulisnya.
6. Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Nama Leonard Bloomfield (1877 – 1949) sangat terkenal karena bukunya yang berjudul  Language dan selalu dikaitkan dengan aliran structural Amerika. Faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini :
1)     Mereka memerikan bahasa indian dengan cara sinkronik.
2)     Bloomfield memerikan bahasa aliran strukturalisme berdasarkan fakta objektif sesuai dengan kenyataan yang diamati.
3)     Hubungan baik antarlinguis. Sehingga menerbitkan majalah Language, sebagai wadah melaporkan hasil karya mereka. Aliran ini sering juga disebut aliran taksonomi, karena aliran ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
7. Aliran Tagmemik
Dipelopori oleh Kenneth L. Pike. Yang dimaksud tagmem adalah korelasi entara fungsi gramatikal (slot) dengan kelompok bentuk kata yang dapat dipertukarkan untuk mengisi slot tsb. Misalnya, dalam kalimat Pena itu berada di atas meja ; bentuk pena itu.

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Demikianlah secara singkat mengenai aliran struktural dapat disimpulkan bahwa Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern yaitu Ferdinand de Saussure.
Dalam perkembangannya akhirnya muncul aliran-aliran yang mendukungnya, antara lain aliran strukturalis oleh Leonard Bloomfiel (Language); Tagmemik yang dipelopori oleh Kenneth L. Pike. (tagmem); Linguistik Sistemik  (M.A.K Haliday); Aliran Firthian dengan tokohnya Joh R. Firth (teori fonologi prosodi); Aliran Glosematik dengan tokohnya Louis Hjemslev. Hjemslev (Signifiant) dan (signifie).
 
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
  Verhaar,J.W.M. 2008. Azas-Azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar