SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Selasa, 13 Desember 2011

Faktor Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Oleh: Rizal Effendy Panga





            Bahasa adalah bagian fundamental dari keseluruhan perilaku manusia. Hakikat bahasa adalah bahasa itu sistematis; bahasa adalah seperangkat simbol manasuka; simbol-simbol itu utamanya adalah vokal, tetapi bisa juga visual; simbol mengonvensionalkan makna yang dirujuk; bahasa dipakai untuk berkomunikasi; bahasa beroperasi dalam sebuah komunitas atau budaya wicara; bahasa pada dasarnya untuk manusia, walaupun bisa jadi tak hanya terbatas untuk manusia; bahasa dikuasai oleh semua orang dalam cara yang sama; bahasa dan pembelajaran bahasa sama-sama mempunyai karakteristik universal. Linguistik struktural dan psikologi behavioristis memandang bahasa sebagai sistem linear terstruktur. Linguistik generatif dan psikologi kognitif memperlihatkan bahasa manusia tidak semata-mata dalam lingkup stimulus dan respon, melainkan berupaya mencapai tingkat kecukupan eksplanatoris dalam studi bahasa. Linguis generatif dan psikolog kognitif tentu berminat pada pertanyaan apa itu bahasa, tetapi mereka lebih berminat pertanyaan yang lebih mendasar, mengapa bahasa menyebabkan perilaku tertentu pada seorang manusia. Konstruktivisme bukan mazhab pemikiran baru. Konstruktivisme menyatukan paradigma-paradigma linguistik, psikologis dan sosiologis. Konstruktivisme memiliki dua cabang, yaitu: kognitif dan sosial. Konstruktivisme menekankan peran pembelajar dalam mengonstruksi makna melalui masukan linguistik yang ada dan pentingnya interaksi sosial dalam sebuah sistem linguistik baru. Ketiga pandangan ini dipandang penting dalam menciptakan deskripsi berimbang tentang pemerolehan bahasa kedua.
            Bahasa pertama (B1) merupakan bahasa yang mula-mula diperoleh oleh seseorang melalui proses alamiah mengirim banyak pesan tanpa suara dan menerima lebih banyak pesan yang selanjutnya berusaha menirukan kata-kata dan mengucapkan suara-suara yang mereka dengar di sekitarnya. Pertumbuhan kemampuan berbahasa mereka selaras dengan bertambahnya usia mereka. Bagaimana kita menjelaskan perjalanan fantastis dari tangis pertama saat kelahiran menuju kecakapan berbahasa saat dewasa? Inilah yang coba dijawab oleh berbagai teori pemerolehan bahasa. Bahasa kedua (B2) adalah bahasa yang pemerolehannya  dengan cara pembelajaran. Bahasa kedua berarti belajar mengucapkan bahasa itu dan memahaminya. Pemerolehan B2 dicirikan sistematis dan variabilitas. Perkembangan linguistik bahasa kedua dengan meniru proses pemerolehan B1. Permasalahan kompleks dalam pemerolehan bahasa adalah hubungan antara bahasa dan pemikiran. Anak-anak adalah peniru struktur dalam (makna) yang hebat, sedangkan orang dewasa lebih berhasil menirukan struktur permukaan (hafalan). Teori Krashen mengatakan orang dewasa seharusnya memperoleh bahasa kedua seperti halnya yang dilakukan anak-anak, mereka harus diberikan kesempatan untuk mendapatkan begitu saja sebuah bahasa tanpa harus dipaksa mempelajari tata bahasa di kelas.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar