SEMANGAT DAN KEBERSAMAAN MEMBUAT KITA BELAJAR UNTUK MENGERTI DAN DIMENGERTI

Rabu, 14 Desember 2011

SEMANTIK: MAKNA DAN PEMAKAIAN BAHASA Oleh: FAHMI RIADL

A.    BLOOMFIELD DAN ALIRAN BEHAVIORISME
Leonard Bloomfield
Ahli bahasa yang diberi nama American Structuralism. Merupakan seorang ahli psikologi behaviourisme. Menghasilkan karya agung yang berjudul Language (1933).
Konsep yang dibawa oleh beliau telah dijadikan sebagai aliran struktural. Beliau menyatakan bahawa apa pun yang dilafazkan pasti mempunyai struktur.
Contoh: jika menyebut rumah, maka strukturnya ialah [rumah] bukan [hamur] atau [maruh].
Pandangan Bloomfield berasaskan teori Behaviorisme, yaitu yang beranggapan bahwa tingkah laku manusia dapat ditanggapi oleh indera.
Skema Tindak Tutur (Teori Behaviorisme)
Setiap rangsangan (stimulus) akan mewujudkan tindak balas (respons).

s    = rangsangan penutur (seseorang berujar)
r-s             = berlaku proses pengubahsuaian data (ujaran)
r    = pendengar melahirkan gerak balas (tanggapan pendengar)
Disesuaikan dengan sebuah cerita tentang Jack (lelaki) dan Jill (perempuan). Jill yang merasa lapar tiba-tiba melihat sebiji epal (s). Jill lalu membuat bising dengan menggunakan tenggorokan (larynx), lidah dan bibir (r). Jack mendengar bunyi yang dihasilkan oleh Jill (s) lalu memetik epal yang diminta oleh Jill (r).



B.     SEMANTIK TINDAK TUTUR

Pengertian dasar:
Semantik tindak tutur adalah bahwa kita menggunakan bahasa untuk mengerjakan dan melukiskan sesuatu.
Austin berpendapat, dalam mengujarkan sebuah kalimat, penutur terlibat dalam tiga macam tindakan (Austin 1962: ceramah VIII):
1.      Tindak locutionary
2.      Tindak illocutionary
3.      Tindak perlocutionary
Tindak locutionary
Adalah dasar tindakan dalam suatu ujaran atau pengungkapan bahasa yang memiliki makna dari suatu tuturan. (tindak mengujarkan kalimat dengan makna tertentu)
Contoh ujaran:
Saya akan padamkan lampumu.
Tindak illocutionary
Adalah tindakan atau maksud yang menyertai ujaran. Melalui pernyataannya, penutur mengungkapkan maksud dan apa yang diharapkan dari mitra tuturnya, seperti pujian, kritik, persetujuan, ancaman, janji, taruhan, dsb.
Pada contoh “Saya akan padamkan lampumu” dimaksudkan sebagai ancaman agar pendengar melakukan sesuatu.
Tindak perlocutionary
Adalah pengaruh dari tindak locutionary dan illocutionary. Ada suatu pengaruh atau reaksi bagi mitra tutur akibat tindakan penutur. Misalnya menakut-nakuti (takut), menghibur (gembira/senang), atau menyebabkan pendengarnya melakukan sesuatu.
Dalam contoh di atas, daya illocutionary hanya tersirat dalam ujaran. Di beberapa hal, daya illocutionary justru bisa dinyatakan dengan jelas dalam ujaran. Pernyataan semacam itu disebut ujaran performatif.

Contoh:
  1. Saya berjanji kepadamu bahwa saya akan datang.
  2. Saya berani bertaruh denganmu dia akan jatuh.
  3. Saya setuju bahwa saya salah.
Berbeda dengan ujaran berikut, walaupun dengan kata kerja yang sama:
  1. Dia berjanji kepadanya bahwa ia akan datang.
  2. Dia berani bertaruh denganmu bahwa ia akan jatuh.
  3. Mereka setuju bahwa saya salah.
Ujaran di atas adalah tindak tutur konstatif, bukan ujaran performatif karena ujaran-ujaran tersebut dipergunakan sebagai deskripsi, bukan tindakan berjanji, bertaruh, atau persetujuan.
Austin membagi tindak tutur ke dalam dua bentuk, yaitu konstatif dan performatif:
  1. Tindak tutur konstatif yakni ujaran yang berfungsi hanya untuk menyatakan sesuatu. Suatu ujaran digunakan untuk menggambarkan kejadian yang bersifat deklaratif.
  2. Tindak tutur performatif yakni ujaran yang dituturkan tidak hanya untuk menyatakan sesuatu, tetapi juga sebuah tindakan.
Tindak ilokusi mempunyai sebuah daya yang disebut daya ilokusi. Ada beberapa daya ilokusi yang muncul dari sebuah tuturan, seperti pernyataan, tawaran, pertanyaan, janji, perintah, salam, peringatan, dan penghinaan. Daya inilah yang memberikan pengaruh terhadap mitra tutur sehingga muncul tanggapan atas tuturan yang diujarkan oleh penutur.




C.    PEMAKAIAN BAHASA
Tuturan Bermakna Perintah (Imperatif)

1.      Perintah dengan Intonasi Imperatif
Bentuk perintah dapat disampaikan melalui tiga bentuk kalimat, yaitu bentuk imperatif, bentuk interogatif, dan bentuk deklaratif.
Perintah dengan intonasi imperatif:
a.      Konstruksi imperatif berpola verba bentuk dasar
Bentuk ini hanya terdiri atas sebuah verba dasar. Biasanya tuturan dengan bentuk ini berupa kalimat minor.
Contoh:
a. Konteks: Pak Taka menghukum Susi, Pak Hendra, dan Satpam karena dianggap telah mengganggu Tian—keponakan Pak Taka. Hukumannya berupa push-up 20 kali dan keliling lapangan 5 kali.
Pak Taka: Laksanakan! Jalan!
(KSOB episode ke-4, 3 Maret 2008)
b. Keluar!
b.      Konstruksi imperatif berpola verba bentuk dasar diikuti –lah
Partikel –lah sebagai bentuk penegasan dari tuturan bermakna perintah.
Contoh: pergilah!
c.       Konstruksi imperatif berpola verba bentukan
Verba telah mengalami afiksasi untuk memperjelas makna perintah.
Contoh: Berlututlah di depan yang mulia!
d.      Konstruksi imperatif berpola pasif imperatif
Bentuk ini terbagi lima jenis:
  1. Pasif imperatif objektif
Terdapat objek yang menjadi sasaran dari suatu tuturan perintah.
Contoh: Bacalah buku itu!
2. Pasif imperatif lokatif
Ada sebuah tempat/lokasi yang dijadikan suatu tujuan dalam tuturan bermakna perintah.
Contoh: Letakkan buku itu di sana!
3. Pasif imperatif reseptif
Adanya suatu tanggapan menerima dari mitra tutur terhadap tuturan yang diujarkan oleh penutur.
Contoh: Datangilah dia!
4. Pasif imperatif benefaktif
Suatu tindakan yang dilakukan untuk orang lain.
Contoh: Ambilkan air!
5. Pasif imperatif instrumental
Terdapat sebuah alat/instrumental yang dimanfaatkan oleh penutur dalam tuturannya yang bermakna perintah.
Contoh: Belikanlah adikmu kue dengan uang sakumu!
e.       Konstruksi imperatif didahului atau diikuti konstruksi deklaratif kondisional
Tuturan bermakna perintah yang dituturkan oleh penutur didahului atau diikuti dengan bentuk pernyataan. Bentuk pernyataan tersebut menggambarkan suatu keadaan yang semakin menguatkan makna perintah yang disampaikan oleh penutur.
Contoh:
a. Konteks: Odah tidak menyadari kehadiran Sasha di pantri karena ia sedang memejamkan mata. Ia memerintahkan Sayuti untuk membuatkannya teh. Sayuti tidak menyadari perintah itu, melainkan Sasha yang menyadarinya.
Odah: Kalo udah, bikinin gue teh.
(KSOB episode ke-2, 14 Februari 2008)
b.  Bergegaslah mempersiapkan semua keperluan jika tidak ingin tertinggal kereta.
f.        Konstruksi imperatif didahului atau diikuti konstruksi deklaratif final
Tuturan bermakna perintah yang didahului atau diikuti oleh bentuk pernyataan hasil.

Contoh:
a. Konteks: Odah kesal terhadap Sayuti karena gorengan yang dipesannya dari Susi habis dimakan. Padahal, bukan Sayuti yang menghabiskan gorengan tersebut, melainkan Ma’il. Kemarahan Odah tersebut diluapkan dengan memerintahkan Sayuti untuk membelikan Odah jus alpukat..
Odah: Beliin gue jus alpokat! Biar reda emosi gue!
(KSOB episode ke-4, 3 Maret 2008)
b.  Belajarlah dengan giat supaya hasil ujianmu memuaskan!
2.      Perintah dengan Intonasi Interogatif
Pada dasarnya bentuk pertanyaan bermakna tanya. Dalam perkembangannya, bentuk pertanyaan dapat digunakan untuk menyatakan perintah. Oleh karena itu, maknanya pun makna perintah walaupun intonasi yang digunakan tetap interogatif.
a.      Konstruksi interogatif yang mengandung modalitas
Jenis ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1)      Mengandung modalitas, seperti dapat, bisa, sanggup, mau;
2)      Kata-kata modalitas itu sering diikuti –lah, -kah;
3)      Subjeknya adalah persona kedua, seperti Anda atau kamu atau nama diri orang, predikatnya biasanya menyatakan sebuah tindakan.
Contoh: Dapatkah Anda mengambilkan pena saya?
b.      Konstruksi interogatif yang mengandung kata tanya, seperti apakah, bagaimana, bilamana
Dalam tuturan bermakna perintah, ketiga kata tanya tersebut dapat menjadi penanda bentuk perintah dan bukan sekadar sebuah pertanyaan.
Contoh: Apakah kamu bisa belikan Ibu sabun cuci?
c.       Konstruksi interogatif yang mengandung kata negatif tidak
Tuturan menggunakan kata tidak menanyakan suatu hal dengan maksud memberikan perintah.
Contoh: Apakah kalian tidak bisa diam?


3.  Perintah dengan Intonasi Deklaratif
Bentuk pernyataan pada dasarnya bermakna berita. Makna kalimat dapat diukur kebenarannya dan dipakai untuk melaporkan hal apa pun (Kridalaksana, dkk., 1999: 192)
Walaupun dengan intonasi deklaratif, bentuk pernyataan bisa bermakna ilokusi perintah.
a.      Konstruksi deklaratif yang menyatakan ‘keadaan tertentu’
Tuturan merupakan sebuah pemberitahuan mengenai suatu keadaan yang dimaksudkan sebagai bentuk terhadap mitra tutur.
Contoh: Dingin sekali di ruangan ini. (minta dimatikan AC-nya)
b.      Konstruksi deklaratif yang menyatakan ‘kebutuhan’ bagi penutur
Tuturan diujarkan sebagai pernyataan mengenai adanya sebuah kebutuhan penutur yang diharapkan dapat dipenuhi oleh mitra tutur.
Contoh: Saya ada perlu dengan klien. (Silakan pulang karena saya ada perlu dengan klien.)
c.       Konstruksi deklaratif yang menyatakan perasaan ‘senang’ penutur
Tuturan merupakan sebuah pernyataan mengenai perasaan senang penutur yang mengandung makna perintah bagi mitra tutur.
Contoh: Saya sangat senang jika Anda bisa tenang. (meminta agar mitra tutur bisa tenang)
d.      Konstruksi deklaratif yang merupakan kalimat definitif
Kalimat yang diujarkan mengandung kepastian maksud dari penuturnya.
Contoh: Tugas Anda adalah melingkari salah satu huruf yang merupakan jawaban yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar